Rully menyebut lonjakan ekspor dan impor ini terdorong kebijakan penangguhan tarif selama 90 hari yang segera berakhir pada 9 Juli.
“Eksportir dan importir memanfaatkan momen ini untuk mempercepat pengiriman sebelum tenggat,” jelasnya.
Kinerja perdagangan yang kuat diperkirakan masih bertahan hingga akhir Juni, tetapi ancaman ke depan tetap ada.
Baca Juga: Merah Menyala di Penutupan IHSG Kamis 19 Juni 2025, Siapa Top Losers
“Risiko utama saat ini adalah jika negosiasi dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat tidak menemukan titik temu," kata Rully.
"Jika tarif sebesar 32 persen diterapkan, dampaknya akan signifikan terhadap PDB nasional,” ujarnya.***
Artikel Terkait
Transaksi Jumbo Saham Bank Nobu Senilai Rp3,79 Triliun Terkait Masuknya Raksasa Korea Hanwha
Merry Riana Education Siap Melantai di Bursa, Gandeng TanCorp Akuisisi 25 Persen Saham
Lo Kheng Hong Borong Saham SIMP, Analis Rekomendasikan DSNG dan STAA
Saham BBCA Tertekan 5 Persen dalam Sebulan, Analis Tetap Rekomendasikan Buy
MD Entertainment Rights Issue Rp791 Miliar, SBS Korsel Masuk Jadi Pemegang Saham Strategis