KONTEKS.CO.ID - Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) tercatat melemah sekitar 5% dalam sebulan terakhir, di tengah tekanan sektor perbankan nasional akibat perang suku bunga dan memburuknya kualitas aset.
Meski demikian, BBCA tetap menjadi saham favorit analis dengan rekomendasi beli dan target harga tinggi.
Dalam riset terbaru yang dikutip Minggu, 29 Juni 2025, DBS Group mencatat bahwa penurunan konsumsi rumah tangga berdampak signifikan pada pertumbuhan kredit konsumer.
Kredit konsumsi kini tercatat sebagai segmen berisiko tinggi, dengan rasio non-performing loan (NPL) naik menjadi 2,1% per Maret 2025, level tertinggi dalam satu dekade terakhir.
“Kondisi ini mengindikasikan tekanan pada sektor perbankan yang berfokus pada kredit pemilikan rumah (KPR) dan pembiayaan kendaraan bermotor,” tulis DBS dalam laporannya.
Baca Juga: Elon Musk Kembali Kritik Kebijakan Energi Trump: Sangat Gila dan Merusak
Perang Bunga dan Likuiditas Ketat
Persaingan antar bank juga diperparah oleh pengetatan likuiditas, ditandai dengan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) yang mencapai 90% per Mei 2025.
Beberapa bank besar, selain BCA, telah terlibat dalam perang bunga deposito untuk mempertahankan dan menarik dana pihak ketiga (DPK).
DBS menurunkan proyeksi pertumbuhan laba bersih sektor perbankan untuk 2025 dan 2026 masing-masing menjadi 3,6% dan 7,7%, dari estimasi awal 4,9% dan 8,3%.
“Prospek pertumbuhan laba bank menjadi terbatas. Investor mulai ragu terhadap prospek bank yang memiliki eksposur besar ke segmen konsumen,” tulis DBS.
Baca Juga: Jadwal Baru KRL di Stasiun Tanah Abang Mulai Hari Ini, Khususnya Peron 2 dan Hall Baru
Rekomendasi Saham Perbankan
Meski ada tekanan, saham BBCA dan Bank Mandiri (BMRI) tetap menjadi top picks DBS dengan rekomendasi buy. Adapun rincian target harga sebagai berikut:
- BBCA: Buy, target harga Rp 12.000
- BMRI: Buy, target harga Rp 5.900
- BBNI: Hold, target harga Rp 3.800
- BBTN: Fully valued, target harga Rp 800
DBS mempertahankan outlook netral untuk sektor perbankan di Bursa Efek Indonesia, mempertimbangkan margin bunga bersih (NIM) yang makin tertekan dan risiko kredit yang meningkat. ***
Artikel Terkait
Tak Punya Rekening Bank? Ini Cara Karyawan Tetap Bisa Cairkan BSU 2025
Bank Dunia: Indonesia Harus Waspadai Dampak Tekanan Ekonomi Global
Bukan Merger, Ini Strategi PP Muhammadiyah Dirikan Bank Umum Syariah
Realisasi FLPP Tembus 53.874 Unit, BP Tapera Raih Penghargaan di Property and Bank Awards 2025
Bank Indonesia Sebut Modal Asing Rp2,83 Triliun Masuk, Didominasi Instrumen SRBI