Diserbu Pakaian Impor, 70 Persen Industri Konveksi Gulung Tikar

KONTEKS.CO.ID - Serbuan pakaian impor, baik melalui platform digital maupun jalur ilegal seperti pelabuhan tikus, menyebabkan sekitar 70 persen pelaku usaha konveksi menutup usahanya.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Ikatan Pengusaha Konveksi Berkarya (IPKB), Nandi Herdiaman.

Ia menjelaskan membanjirnya pakaian impor membuat produk konveksi lokal sulit bersaing di pasar, terutama dari sisi harga.

Pakaian asal China yang masuk melalui dua jalur tersebut dijual dengan harga jauh lebih murah.

Baca Juga: Tom Lembong: Saya Target Politik, Tak Kaget Ditetapkan Tersangka Kasus Impor Gula

“Kalau yang masuknya lewat jalur resmi, saya yakin produk konveksi lokal masih bisa bersaing dari segi harga," kata Nandi seperti didengarkan dalam perbincangan dengan Pro 3 RRI, Selasa kemarin.

"Kami menaruh harapan pada Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) yang baru terkait tekstil dan produk tekstil (TPT) untuk menghidupkan kembali industri ini,” ia menambahkan.

Nandi mengatakan pelaksanaan aturan tersebut harus diawasi dengan serius agar tidak berhenti pada tataran kebijakan.

Baca Juga: Pemerintah Longgarkan Impor 8 Komoditas, Termasuk Food Tray Demi Sukseskan Program MBG

“Saya percaya Presiden Prabowo memiliki komitmen kuat untuk melindungi industri domestik, termasuk sektor TPT,” ucapnya.

Menurutnya, pengusaha yang telah menutup usahanya akan siap beroperasi kembali apabila ada tindakan nyata dari pemerintah.

“Yaitu melalui pembatasan impor resmi, pengaturan marketplace, serta penindakan tegas terhadap praktik impor ilegal pakaian jadi,” ucap Nandi.***