"Defisit anggaran berpotensi melebar, mendekati batas 3% dari PDB. Sementara subsidi energi harus ditambah agar harga domestik tetap stabil. Kombinasi ini menciptakan tekanan fiskal dan memperbesar risiko terhadap nilai tukar," tegasnya.
Pemerintah Harus Siaga: Cadangan Devisa & Mitigasi Fiskal
Josua menekankan bahwa pemerintah dan otoritas moneter tidak boleh menunggu terlalu lama. Langkah mitigasi harus segera dijalankan demi menjaga stabilitas ekonomi.
"Penguatan cadangan devisa perlu didorong, termasuk lewat kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang lebih efektif. Intervensi pasar oleh Bank Indonesia juga harus dilakukan secara hati-hati namun tegas," katanya.
Ia juga menyarankan pemerintah mempercepat belanja yang bersifat strategis serta mengantisipasi potensi kenaikan inflasi dari sektor energi dan pangan.
Dampak Nyata ke Masyarakat
Lonjakan harga minyak dan depresiasi rupiah tidak hanya berdampak ke angka-angka makro. Harga BBM, gas LPG, dan tarif transportasi bisa naik. Tekanan inflasi pun kemungkinan akan meningkat, memengaruhi daya beli masyarakat.
Jika konflik terus meluas dan mengganggu rantai pasok global, harga pangan juga bisa ikut melonjak — terutama produk impor seperti kedelai, gandum, dan daging.***
Artikel Terkait
Perang Iran-Israel, Kemenlu Imbau WNI Tunda Perjalanan ke Lima Negara Timur Tengah
Menlu Sugiono Naikkan Status 'Siaga 1' untuk WNI di Iran: Israel Targetkan Warga Sipil
Kim Jong Un Ultimatum Trump dan Sekutu: Jangan Sulut Api Perang Iran–Israel
Presiden Keenam RI SBY Memperingatkan Potensi Malapetaka Global Jika Perang Iran-Israel Tidak Terkendali
Perang Iran-Israel Memanas, TNI Siap Evakuasi 126 WNI yang Terjebak di Wilayah Konflik