• Senin, 22 Desember 2025

Konflik Iran dan Israel: Perang Dunia Ketiga di Depan Mata, Ekonomi Indonesia Terjepit

Photo Author
- Senin, 23 Juni 2025 | 13:05 WIB
Krisis Global  (Istock)
Krisis Global (Istock)

KONTEKS.CO.ID – Dunia tengah di ambang krisis global besar. Ketegangan di Timur Tengah semakin membara setelah Amerika Serikat (AS) ikut campur langsung dalam konflik bersenjata yakni perang Iran Israel

Langkah militer Washington ini memicu kekhawatiran luas bahwa dunia sedang mengarah ke Perang Dunia Ketiga.

Kondisi ini bukan hanya memengaruhi situasi politik global, tetapi juga mengguncang pasar keuangan dan ekonomi berbagai negara — termasuk Indonesia.

Pasar Saham Tertekan, Investor Hindari Risiko

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai eskalasi konflik menyebabkan gejolak di pasar keuangan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung terpukul sejak serangan Israel ke Iran pada 13 Juni lalu.

"IHSG berpotensi mengalami volatilitas dan tekanan negatif," ujar Josua menukil CNBC Indonesia, Senin 23 Juni 2025.

Saat itu, IHSG turun 0,53% ke level 7.166. Dalam sepekan, koreksi mencapai 3,6% atau 259 poin, menempatkan indeks di posisi 6.907.

Ketegangan meningkat saat AS meluncurkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran, menambah ketidakpastian global dan mendorong investor keluar dari aset berisiko.

"Investor global mulai melarikan dana ke aset safe haven seperti emas dan dolar AS, sehingga minat terhadap pasar saham negara berkembang, termasuk Indonesia, menurun tajam," jelas Josua.

Rupiah Terancam, BBM Bisa Terdampak

Gejolak geopolitik juga menekan nilai tukar rupiah. Josua memproyeksikan kurs rupiah akan bergerak melemah di kisaran Rp16.350 hingga Rp16.500 per dolar AS.

"Ketegangan ini menambah tekanan pada rupiah yang sebelumnya sudah tertekan akibat ketidakpastian The Fed dan ketahanan fiskal Indonesia," katanya.

Dampak berikutnya bisa dirasakan langsung oleh masyarakat. Melemahnya rupiah akan mendorong naiknya harga barang impor, termasuk energi dan pangan. Harga BBM berpotensi naik jika harga minyak mentah terus melonjak.

Harga Minyak Melonjak, APBN dan Subsidi Terpukul

Harga minyak dunia sudah melonjak 7% sejak awal konflik, dan diperkirakan bisa menembus USD100 per barel jika eskalasi terus meluas. Bagi Indonesia, ini jadi pukulan ganda.

"Kenaikan harga minyak menambah tekanan pada neraca perdagangan akibat meningkatnya biaya impor energi," jelas Josua.

Efek lanjutannya adalah beban fiskal yang makin berat. Dalam APBN 2025, harga minyak diasumsikan USD82 per barel. Kenaikan USD1 saja bisa menambah beban negara hingga Rp7 triliun.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Lopi Kasim

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Stok Aman, Pemerintah Putuskan Stop Impor Beras 2026

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:45 WIB
X