Situasi ini turut membebani sentimen pasar, mengingat sektor manufaktur merupakan tulang punggung utama dalam perputaran roda ekonomi nasional.
Ekspor Melemah, Permintaan Global Lesu
Selain faktor domestik, tekanan juga datang dari kinerja ekspor yang belum menunjukkan pemulihan.
Penurunan permintaan global berdampak langsung pada volume ekspor Indonesia.
Bahkan, laporan menunjukkan adanya penurunan ekspor ke beberapa mitra dagang utama seperti Amerika Serikat.
Baca Juga: Calon Kapolri Diduga Masih Berpangkat Irjen, Tak Beririsan dengan Listyo Sigit
Perusahaan-perusahaan manufaktur dalam negeri pun mulai melakukan penyesuaian, baik dari sisi pembelian bahan baku maupun pengelolaan inventaris.
Ini dilakukan sebagai respons terhadap lemahnya permintaan yang berkelanjutan.
Namun demikian, kepercayaan pelaku usaha terhadap proyeksi output ke depan disebut masih cukup positif, terlihat dari upaya mempertahankan tenaga kerja.
Ketegangan Dagang Global dan Dolar AS
Baca Juga: Wamen Helvi Tekankan Pentingnya Kolaborasi dan Sinkronisasi untuk Majukan UMKM
Dari sisi eksternal, indeks dolar AS tercatat menguat ke level 98,8, naik 0,12 poin.
Selain itu, imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun naik ke level 4,45%.
Meski terlihat solid, dolar AS justru mendapat tekanan baru akibat memanasnya kembali hubungan dagang antara AS dengan China dan Eropa.
Situasi ini membuat aset-aset AS mengalami koreksi ringan.
Artikel Terkait
Menteri Ara Sebut Kuota Rumah Subsidi Cetak Rekor, Ungkap Peran Besar Sufmi Dasco
Pembatalan dan Pembahasan Diskon Tarif Listrik 50 Persen Ternyata Tak Libatkan Kementerian ESDM
Titiek Soeharto Apresiasi Beras Surplus 4 Juta Ton, Ungkap Peluang Ekspor
Menteri UMKM: Teknologi Digital Terus Jadi Penggerak Pertumbuhan Ekonomi
Harga Emas Antam Naik Signifikan, Tembus Rp1,94 Juta Per Gram