BBCA menjadi bank yang sahamnya paling banyak dibeli oleh investor asing pada perdagangan Kamis 8 Mei 2025 dengan nilai Rp 116,34 miliar. Hal ini membuat sahamnya pada perdagangan hari ini menguat 0,28% ke level Rp 9.000 per saham.
Sementara saham BRIS dibeli oleh investor sebanyak Rp 59,54 miliar. Sahamnya pun terlihat menguat 1,83% pada penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 2.780 per saham.
Baca Juga: Pakar dan Netizen Desak Presiden Bebaskan Mahasiswi ITB Diduga Pembuat Meme Prabowo Jokowi
BMRI dan BBNI Alami Tekanan Jual
Analis Infovesta Utama, Ekky Topan menilai, Saham BBCA dan BRIS terlihat terus diakumulasi oleh investor asing, seiring dengan rilis kinerja keuangan kuartal I/2025 yang cukup solid.
Sebaliknya, saham BMRI dan BBNI tercatat mengalami tekanan jual dari investor asing dalam beberapa hari terakhir. “Untuk BBRI, penjualan asing kemarin cukup besar, namun secara akumulasi dalam beberapa hari terakhir masih tidak sebesar BBNI dan BMRI,” kata Ekky pada Jumat, 9 Mei 2025.
"Keunggulan BBCA dibanding bank lain terletak pada kinerja yang konsisten," kata Ekky lagi.
BBCA masih mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang positif dengan manajemen risiko yang baik. Selain itu, kekuatan BBCA di segmen ritel juga disebut sangat dominan dengan basis nasabah yang luas.
Sementara itu, BSI sebagai bank syariah terbesar di Indonesia disebut memiliki prospek pertumbuhan jangka panjang yang menjanjikan, seiring dengan pertumbuhan ekonomi syariah dan dukungan pemerintah yang kuat terhadap pengembangan sektor ini.
Ekky menyebut, saham BBCA berpotensi melanjutkan penguatan untuk menguji level resistance di Rp10.000, dan jika momentum berlanjut, target berikutnya berada di Rp11.250.
“Adapun BRIS saat ini terlihat mengalami koreksi teknikal, namun menurut saya masih berpeluang untuk naik ke area Rp3.200–Rp3.300 pada bulan Mei, apabila terjadi pembalikan arah dan momentum beli kembali muncul,” jelasnya.
Sementara, Investment Analyst Edvisor Provina Visindo, Indy Naila mengatakan, saham BBCA dan BRIS masih menarik untuk asing karena secara fundamental masih kuat dengan rasio keuangan yang masih stabil.
“Untuk BBCA juga memiliki likuiditas yang tinggi. Adapun BRIS sendiri terpantau menarik karena dari sisi penetrasi masih rendah jadi ada potensi pertumbuhan jangka panjang yang baik,” terangnya.
Artikel Terkait
Saham Yupi Anjlok Sejak IPO, BEI Keluarkan Peringatan UMA
Ayah Mertua Nakal, Manipulasi Harga Saham, Lee Seung Gi Tak Lagi Mau Kenal
EnQuest PLC London Pegang 40 Persen Saham Blok Migas di Papua Barat
Saham Tesla Drop Imbas Isu CEO Baru, Ini Klarifikasi Perusahaan
IHSG Hari Ini Endingnya Anjlok 1,42 Persen ke Level 6.827, Cek Saham Top Gainers dan Top Losers