• Minggu, 21 Desember 2025

IHSG Ambruk, Wanita Terkaya di Indonesia Kehilangan Rp59,3 Triliun Hanya dalam 3 Hari

Photo Author
- Kamis, 20 Maret 2025 | 15:01 WIB
Marina Budiman kehilangan kekayaan hampir separuhnya karena IHSG anjlok. ( IG @happytradesaham)
Marina Budiman kehilangan kekayaan hampir separuhnya karena IHSG anjlok. ( IG @happytradesaham)


KONTEKS.CO.ID - Selama tiga pekan berturut-turut, kekayaan Marina Budiman terus bertambah USD350 juta (Rp5,8 triliun) setiap harinya. Tapi hanya dalam tiga hari, setengahnya lenyap begitu saja.

Pada pertengahan Maret, komisaris utama operator pusat data terbesar di Indonesia itu, memiliki kekayaan USD7,5 miliar (Rp123,6 triliun) setelah saham perusahaannya berulang kali melonjak pada batas harian.

Kondisi ini menjadikan Marina Budiman sebagai wanita terkaya di Indonesia, menurut Bloomberg Billionaires Index.

Baca Juga: Australia Tabuh Genderang Perang Jelang Lawan Indonesia: Ingin Pertahankan Posisi Dua

Kemudian baru-baru ini saham PT DCI Indonesia Tbk anjlok. Hanya dalam tiga hari, kekayaan bersih Budiman turun setengahnya, menambah lagi pasang surut saham Indonesia yang cukup besar. Ia kehilangan USD3,6 miliar atau setara Rp59,3 triliun.

Secara keseluruhan, Budiman dan sesama miliarder dan pemegang saham pengendali DCI — Otto Toto Sugiri dan Han Arming Hanafia — melihat kekayaan gabungan mereka melonjak lebih dari USD17 miliar sebelum anjlok.

Pada penutupan hari Selasa kemarin, saham telah kehilangan lebih dari setengah keuntungan sejak reli dimulai pada pertengahan Februari.

Baca Juga: Pelatih Australia Tony Popovic Soal Pemain Naturalisasi di Timnas Indonesia: Terjadi Juga dengan Socceroos

Fluktuasi harga saham yang liar merupakan ciri umum dan semakin bermasalah dari pasar ekuitas Indonesia. Puluhan perusahaan telah bergerak sebesar 1.000% atau lebih dalam beberapa tahun terakhir, saham mereka tampaknya terlepas dari keuangan yang mendasarinya.

DCI ditutup pada hari Selasa dengan nilai pasar mendekati USD17 miliar, dibandingkan dengan pendapatan tahun lalu sebesar USD112 juta dan laba USD49 juta.

Perusahaan tersebut diperdagangkan 416 kali dari laba, yang tertinggi dibandingkan dengan sekelompok perusahaan sejenis yang dilacak oleh Bloomberg.

Baca Juga: Jelang Lawan Australia, Patrick Kluivert Ungkap Bakal Ada Perubahan di Skuad Timnas Indonesia

Sebagian penyebabnya adalah banyaknya perusahaan yang sahamnya jarang diperdagangkan. Budiman, Sugiri, Hanafia dan pemilik besar keempat, taipan miliarder Anthoni Salim, memegang 78% saham DCI.

Dari 2,4 miliar saham yang beredar, 80.400 saham berpindah tangan pada tengah hari Rabu di Jakarta dibandingkan dengan jutaan saham di perusahaan-perusahaan di Indonesia dengan ukuran yang sama.

DCI tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Baca Juga: Jelang Duel Australia Vs Indonesia di Sydney, Jay Idzes Ngaku Dapat Dukungan Lebih

"Perubahan harga DCI 'sebagian besar merupakan fungsi dari saham beredar bebas yang ketat'," kata Mohit Mirpuri, manajer dana di SGMC Capital Pte di Singapura. "Selisih harga bid-offer sempit, jadi posisi substansial apa pun dapat menggerakkan saham secara signifikan," kata Mirpuri.

DCI adalah yang berkinerja terburuk karena indeks saham acuan Indonesia anjlok pada hari Selasa dan memicu suspensi selama 30 menit.

Para trader mengaitkan penurunan keseluruhan dengan faktor-faktor termasuk kekhawatiran atas langkah-langkah populis Presiden Prabowo Subianto, likuidasi paksa, dan ketidakpastian atas kepemimpinan kementerian keuangan.

Baca Juga: Senpi Oknum TNI untuk Tembak Polisi Lampung Ditemukan, Laras Panjang Kaliber 5,56  

"Aksi jual ini merupakan hal yang tiba-tiba dalam banyak hal — kejadian yang tiba-tiba ini telah mengejutkan pasar," kata Nirgunan Tiruchelvam, seorang analis di Aletheia Capital di Singapura.

Sebelum pembalikan dalam beberapa hari terakhir, DCI mungkin telah diuntungkan dari investor yang bertaruh bahwa permintaan untuk pusat data akan terus tumbuh dan membantu mendorong investasi asing.

"Misalnya, Oracle Corp. sedang berdiskusi dengan Pemerintah Indonesia untuk mendirikan pusat layanan cloud di negara tersebut," sebut Bloomberg News pada akhir pekan kemarin.

Baca Juga: Klaim Makan Bergizi Gratis Berdampak Bagi Pertumbuhan Ekonomi, Luhut Sebut Prabowo Sampai Terperangah

Budiman, 63, turut mendirikan DCI lebih dari satu dekade lalu. Sugiri, 71, dan Hanafia juga merupakan salah satu pendiri.

Seperti diketahui, Indek Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia terpaksa dibekukan akibat terkoreksi terlalu dalam pada hari Selasa pekan ini.

Salah satu pemberatnya adalah transaksi perdagangan DCI yang menukik tajam setelah sempat naik 400 kali lipat dari harga awal. ***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Iqbal Marsya

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Stok Aman, Pemerintah Putuskan Stop Impor Beras 2026

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:45 WIB
X