Kebijakan tarif Amerika Serikat terhadap negara mitra dagangnya menyebabkan efek domino di berbagai negara berkembang, termasuk Indonesia.
Kebijakan moneter ketat dari bank sentral global mempengaruhi arus modal keluar dari pasar saham Indonesia.
Ketegangan geopolitik yang semakin meningkat memperburuk sentimen investor global.
2. Faktor Domestik yang Berpengaruh
- Pernyataan Presiden tentang Pasar Saham
Pasar saham sangat sensitif terhadap sentimen politik. Pernyataan Presiden Prabowo yang menyebut saham sebagai bentuk perjudian memicu aksi jual besar-besaran, karena investor melihat adanya ketidakpastian dalam kebijakan ekonomi mendatang.
Baca Juga: Promedia Berbagi Kebahagiaan di Ramadan 2025: Salurkan 300 Paket Sembako ke Warga Kota Bandung
- Kebijakan Keuangan Kontroversial
Penghapusan pencatatan utang program dan penghapusan utang UMKM menimbulkan kekhawatiran terhadap stabilitas keuangan perbankan.
- Rencana Pendanaan Koperasi Desa
Pemerintah berencana membentuk 80.000 koperasi desa dengan pendanaan Rp400 triliun dari bank BUMN.
Investor melihat program ini berpotensi meningkatkan risiko kredit macet, yang bisa mengganggu stabilitas sektor perbankan nasional.
Akibat kombinasi faktor-faktor ini, saham perbankan besar seperti BMRI, BBRI, BBCA, dan BBTN mengalami koreksi tajam, dengan beberapa di antaranya turun lebih dari 40 persen dalam beberapa bulan terakhir.
Sektor lain seperti teknologi, properti, dan energi juga ikut terdampak.
Dampak Trading Halt bagi Investor
Meskipun trading halt bertujuan untuk menenangkan pasar, ada beberapa dampak yang harus diperhatikan oleh investor:
Artikel Terkait
Dasco Sidak ke BEI Setelah IHSG Anjlok Parah dan Bursa Saham Dihentikan
Sufmi Dasco Bantah Kabar Sri Mulyani Mundur di Tengah Anjloknya IHSG
IHSG Terpuruk! Perbandingan Krisis 1998, Pandemi Covid-19, dan 2025: Seberapa Parah?
Airlangga Lapor ke Prabowo Soal Kondisi Ekonomi dan Anjloknya IHSG, Ini Penjelasannya
IHSG Anjlok 6 persen, Sentimen Ekonomi dan Isu Sri Mulyani Mundur Picu Kepanikan Pasar