KONTEKS.CO.ID - Menjelang pelantikan atau inagurasi Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS), Paus Fransiskus mengecam rencana deportasi massal sang Presiden.
Paus Fransiskus menggambarkan kebijakan tersebut sebagai "memalukan". "Jika itu (deportasi massal) benar, itu akan menjadi aib, karena itu membuat orang-orang malang yang tidak punya apa-apa untuk membayar tagihan yang belum dibayar. Itu tidak akan berhasil. Ini bukan cara untuk menyelesaikan masalah," kata Fransiskus saat acara bincang-bincang Italia Che Tempo Che Fa pada Minggu 19 Januari 2025.
Kritik Pope Penting bagi Imigran di Amerika Serikat
Komentar Paus Fransiskus muncul saat Trump bersiap untuk memangku jabatan dan memenuhi janji kampanyenya untuk memperkuat keamanan perbatasan.
Baca Juga: Youtuber Top IShowSpeed Live Streaming IRL di Panama, Netizen Salfok Ada Kaos Prabowo-Gibran
Setelah pelantikannya, Trump diprediksi segera melaksanakan agenda imigrasinya dengan menandatangani serangkaian perintah eksekutif yang ditujukan untuk melaksanakan deportasi massal.
Laporan menunjukkan bahwa penggerebekan imigrasi direncanakan di kota-kota besar. Termasuk Chicago, New York, Los Angeles, Denver, dan Miami.
Pernyataan itu muncul setelah Paus Fransiskus menunjuk Kardinal Robert McElroy sebagai Uskup Agung Washington, D.C.
McElroy menggambarkan deportasi massal imigran sebagai "tidak sesuai dengan doktrin Katolik".
Baca Juga: Jokowi Punya 'Revolusi Mental', Donald Trump Gaungkan 'Revolusi Akal Sehat'
Advokasi bagi para migran telah menjadi landasan kepausan Paus Fransiskus. Sebab ia secara konsisten menekankan pentingnya menyambut dan mengintegrasikan mereka ke dalam masyarakat.
Selama kampanye presidennya tahun 2016, rencana Trump untuk membangun tembok di sepanjang perbatasan AS-Meksiko menuai tanggapan penting dari kepala Gereja Katolik.
Setelah merayakan Misa di dekat perbatasan, Paus mengatakan, siapa pun yang membangun tembok untuk mengecualikan para migran adalah bukan orang Kristen.
Menurut The Wall Street Journal, Pemerintahan Trump akan meluncurkan operasi deportasi skala besar di Chicago mulai Selasa, hari pertamanya menjabat hingga rencana tersebut bocor ke media.
Baca Juga: Nottingham Forest Jaga Asa di Jalur Juara Premier League
Operasi tersebut dilaporkan akan melibatkan sebanyak 200 petugas Imigrasi dan Penegakan Bea Cukai (ICE).
Namun, kepala perbatasan yang baru, Tom Homan, mengatakan rencana untuk meluncurkan penggerebekan imigrasi besar-besaran di Chicago minggu ini sedang ditinjau setelah rincian operasi tersebut bocor ke pers.
Pemerintahan Trump berencana untuk mencabut kebijakan lama yang melarang agen ICE melakukan penangkapan di lokasi sensitif seperti gereja.
Baca Juga: Beredar Rekaman Suara Diduga Detik-Detik Menteri Dikti Saintek Satryo Soemantri Marah dan Memukul
Kebijakan ICE yang mengharuskan agen untuk memperoleh persetujuan terlebih dahulu sebelum melakukan penangkapan di lokasi sensitif diperkenalkan pada tahun 2011 melalui memo oleh direktur saat itu, John Morton.
Kebijakan tersebut tetap berlaku selama Pemerintahan Trump pertama dan berlanjut hingga Pemerintahan Biden. ***