KONTEKS.CO.ID - Sedikitnya 56 orang penonton sepak bola tewas karena terinjak-injak saat menyaksikan pertandingan di selatan Kota Nzerekore, Guine, Afrika Barat.
Menteri Informasi Guinea, Fana Soumah mengatakan, penyelidikan sedang berlangsung terkait penyebab terinjak-injaknya penonton di sebuah stadion di Kota Nzerekore.
Video di media sosial menunjukkan para penonton berebut keluar dari stadion yang penuh sesak.
"Pemerintah menyesalkan insiden yang merusak pertandingan sepak bola antara Tim Labé dan Nzérékoré sore ini di Nzérékoré," kata Perdana Menteri Bah Oury sebelumnya dalam sebuah pernyataan, mengutip CNN, Selasa 3 Desember 2024.
"Pemerintah memantau perkembangan situasi dan menegaskan kembali seruannya agar tetap tenang. Sehingga layanan rumah sakit tidak terhambat dalam memberikan pertolongan pertama kepada yang terluka," kata Oury.
Ia juga memerintahkan otoritas kota untuk memulihkan "ketenangan sosial".
Pernyataan Oury tidak menjelaskan apa yang terjadi di dalam stadion. Tetapi ia mengatakan laporan yang lebih rinci akan menyusul.
Kronologi Penonton Sepak Bola Tewas Terinjak-injak
Video yang CNN alokasikan menunjukkan para penggemar memanjat tembok saat mereka mencoba melarikan diri dari stadion di Nzérékoré di Guinea tenggara.
Media setempat melaporkan, bentrokan antara penggemar dan keamanan termulai karena serangkaian keputusan wasit. Putusan tak memuaskan itu diikuti oleh penyerbuan saat kerumunan mencoba melarikan diri dari stadion. CNN belum dapat memverifikasi laporan tersebut.
Para saksi mengatakan kepada Reuters, bahwa kekacauan terpicu setelah wasit yang memimpin pertandingan mengeluarkan seorang pemain di menit-menit terakhir. Putusan itu memicu kemarahan dan pelemparan batu dari para penggemar yang marah.
"Pelemparan batu termulai dan polisi ikut serta, mereka menembakkan gas air mata. Saya melihat orang-orang jatuh ke tanah, anak-anak perempuan dan anak-anak terinjak-injak. Itu mengerikan," kata Amara Conde yang berada di stadion.
Mantan pemimpin yang terguling Alpha Conde mengkritik penyelenggara karena mengadakan pertandingan pada saat "negara tersebut sudah ditandai oleh ketegangan dan pembatasan".
Conde, yang terguling oleh pemimpin junta Mamady Doumbouya dalam kudeta di tahun 2021, menambahkan, meskipun pembatasan ketat diberlakukan pada acara dan rapat umum, termasuk yang terkait dengan olahraga, sangat penting bagi mereka untuk memeriksa bagaimana acara ini terencana dan terlaksana.
Media lokal, Avenirguinee, melaporkan, pertandingan tersebut merupakan bagian dari turnamen yang junta militer Guinea selenggarakan untuk mendukung pencalonan Doumbouya.
Setelah merebut kekuasaan, Doumbouya mengangkat dirinya sendiri sebagai presiden, dan mengincar kemungkinan pencalonan presiden dalam pemilihan yang diperkirakan akan berlangsung pada 2025.
Doumbouya adalah salah satu dari beberapa tokoh yang telah merebut kekuasaan di wilayah yang bergejolak itu sejak 2020.
Afrika Barat dan Tengah telah menyaksikan sedikitnya delapan kudeta sejak tahun 2020. Ini terjadi karena pergolakan politik yang memperburuk kekhawatiran akan jatuhnya kekuasaan militer di wilayah kaya sumber daya. Namun rakyatnya terlanda kemiskinan. ***