• Senin, 22 Desember 2025

Soroti Pertemuan 5 Warga NU dengan Presiden Israel, Media Asing Ungkit Yahya Cholil Staquf

Photo Author
- Rabu, 17 Juli 2024 | 17:26 WIB
Zainul Maarif dan empat warga  Nahdlatul Ulama (NU) lainnya saat bertemu Presiden Israel Isaac Herzog. Foto: Instagram @zenmaarif
Zainul Maarif dan empat warga Nahdlatul Ulama (NU) lainnya saat bertemu Presiden Israel Isaac Herzog. Foto: Instagram @zenmaarif

KONTEKS.CO.ID - Foto lima warga Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia, bersama Presiden Israel Isaac Herzog mendapat perhatian media asing.

Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel dan vokal mengutuk serangan Israel di Gaza. Jakarta juga memberikan bantuan kepada Palestina.

Pemerintah Indonesia pun "menjauhkan diri" dari kunjungan lima warga Nahdlatul Ulama tersebut. Sebab teranggap tidak mencerminkan sikap resmi pemerintah.

“Kementerian Luar Negeri tidak dalam posisi untuk mengomentari kunjungan tersebut, yang sama sekali tidak terkait dengan posisi resmi pemerintah Indonesia,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Roy Soemirat, mengutip CNA, Rabu 17 Juli 2024.

Kunjungan tersebut terungkap setelah salah seorang di antara mereka, Zainul Maarif, berbagi foto grup dengan Herzog di Instagram-nya pada 7 Juli 2024. Foto itu langsung memicu gelombang kecaman yang memaksanya untuk menonaktifkan bagian komentar di akunnya.

Selain Zainul yang merupakan dosen filsafat Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia), empat aktivis lain yang bertemu PM Israel Herzog adalah Munawir Aziz, Ibu Nurul Bahrul Ulum, Syukron Makmun, dan Izza Annafisah Dania.

Belum diketahui kapan pertemuan itu terjadi, namun dalam caption Instagram-nya, Zainul mengatakan mereka berbicara tentang konflik Hamas-Israel dan hubungan Indonesia-Israel.

"Saya bukan demonstran, tapi filosof agama. Daripada berdemonstrasi di jalan dan memboikot, saya lebih memilih berdiskusi dan mengutarakan gagasan," tulis Zainul Maarif di akun Instagramnya.

Warga Nahdlatul Ulama Rutin Bertemu Pejabat Israel


Menurut ulama NU, Nadirsyah Hosen, program kunjungan ulama Indonesia ke Israel sudah berjalan bertahun-tahun. Namun cenderung menimbulkan kontroversi setiap kali perjalanannya terketahui publik.

Pada tahun 2018, misalnya, tokoh NU Yahya Cholil Staquf mendapat kritik karena bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Dia adalah Ketua Umum NU saat ini setelah terpilih pada muktamar pada 2021.

Kunjungan terakhir, yakni kelima aktivis tersebut terkatakan dalam kapasitas pribadi. Namun para pemimpin NU dan Islam di Indonesia mengatakan mereka seharusnya tahu diri lebih baik.

"Kalau mereka hanya ‘aktivis dan cendekiawan’, saya yakin mereka tidak akan diundang bertemu presiden. Justru karena mereka anggota NU maka mereka diundang,” tulis Dr Nadirsyah yang juga merupakan associate professor di Melbourne Law School, di akun Instagram miliknya.

Para pemimpin dan anggota NU harus menolak undangan tersebut selama konflik di Gaza masih berlanjut, katanya lagi.

“Yang teruntungkan (dari program kunjungan ini) hanya Israel dengan kunjungan NU,” ujarnya.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) sangat menyesalkan kunjungan tersebut pada saat puluhan ribu warga Palestina telah Israel bunuh.

Ketua NU, Syafi Alielha, mengatakan, pertemuan tersebut menunjukkan kurangnya pemahaman mengenai kondisi geopolitik dan kebijakan NU. Ia menegaskan pertemuan tersebut tidak mewakili organisasi tersebut.

“Kami tidak tahu apa tujuannya dan siapa yang mensponsori. Ini tindakan yang sangat kami sayangkan,” ujarnya dalam keterangan resmi yang termuat di situs NU, Minggu 14 Juli 2024.

Sekjen NU Saifullah Yusuf keesokan harinya mengatakan NU sedang meminta klarifikasi dan akan memanggil kelima aktivis tersebut untuk mereka mintai penjelasan.

"Jika terbukti melanggar salah satu prinsip organisasi, mereka dapat terberhentikan dari jabatannya di NU," katanya.

Unusia juga akan mengadakan sidang etik terhadap Zainul dan mengatakan kunjungan kelompok tersebut telah merusak reputasinya.

“Unusia mendukung penuh kemerdekaan Palestina dan mengutuk keras praktik genosida yang Israel lakukan terhadap rakyat Palestina yang masih berlangsung,” demikian pernyataan universitas tersebut.

Beridi pada tahun 1926, NU mengusung aliran Islam moderat dan memiliki sekitar 91,2 juta anggota, berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri Indonesia tahun 2019. Organisasi Islam terbesar kedua di Indonesia, Muhammadiyah, memiliki sekitar 60 juta anggota. ***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Iqbal Marsya

Tags

Terkini

X