KONTEKS.CO.ID - Nenek Nahel M menyerukan kepada pengunjuk rasa untuk menghentikan kekerasan di Prancis. Dia mengatakan memiliki 'kepercayaan pada peradilan' untuk menghadirkan keadilan atas kematian cucunya.
Nadia, nenek dari Nahel M, berharap adanya ketenangan setelah berhari-hari Prancis dilanda kerusuhan atas penembakan fatal saat pemeriksaan lalu lintas rutin polisi.
"Orang-orang yang merusak barang-barang sekarang, saya katakan kepada mereka, hentikan!" kata Nadia kepada BFMTV, dikutip Senin 3 Juli 2023.
"Mereka menggunakan Nahel sebagai alasan," tambahnya.
Penembakan remaja asal Afrika Utara, yang terekam dalam video, telah memicu kembali keluhan lama tentang kekerasan polisi dan rasisme oleh komunitas perkotaan yang miskin dan bercampur ras.
Beberapa ratus orang pada hari Sabtu berunjuk rasa di Masjid Agung Nanterre, di pinggiran Paris, untuk mengungkapkan dukungan mereka kepada keluarga saat remaja itu dimakamkan.
Kemudian, untuk malam kelima berturut-turut, perusuh merusak dan menggeledah toko, membakar mobil dan bus, serta bentrok dengan 45.000 petugas polisi yang dikirim ke seluruh negeri untuk memadamkan pergolakan sosial terburuk Prancis dalam beberapa tahun.
'Horor dan Aib'
Politisi mengutuk serangan terhadap rumah Vincent Jeanbrun, wali kota sayap kanan L'Hay-les-Roses di luar Paris, di mana penyerang menabrakkan mobil yang terbakar ke rumahnya dengan tujuan untuk membakarnya.
Istri dan anak Jeanbrun, yang berusia lima dan tujuh tahun, ada di rumah saat walikota sedang keluar. Istrinya “terluka parah”, mengalami patah kaki. Jaksa langsung membuka penyelidikan percobaan pembunuhan.
"Tadi malam kengerian dan aib mencapai level baru," kata Wali Kota Paris, Vincent Jeanbrun, dalam sebuah pernyataan.
Sekitar 7.000 polisi dikerahkan di Paris dan pinggirannya saja, termasuk di sepanjang Jalan Champs Elysees di ibu kota, tempat wisata populer, menyusul seruan di media sosial untuk membawa kerusuhan ke jantung kota.
“Mobil tidak melakukan apa pun terhadap Anda, sekolah tidak melakukan apa pun terhadap Anda, bus tidak melakukan apa pun terhadap Anda,” kata Nadia. “Jangan rusak sekolah, jangan rusak bus, ibu-ibu yang naik bus.”
Nenek Nahel M dan Penggalangan Dana untuk Polisi
Sementara pembunuhan cucunya mengubah hidupnya dan putrinya, ibu Nahel, Nadia mengatakan tidak ingin menyakiti polis.
Tetapi ingin keadilan berjalan dengan sendirinya. Petugas itu harus segera ditahan karena pembunuhan.
"Saya percaya pada peradilan," katanya, menambahkan polisi yang melepaskan tembakan fatal adalah orang yang harus membayar, dan dia tidak menyimpan dendam terhadap seluruh kepolisian.
Ditanya tentang kampanye penggalangan dana yang menerima janji lebih dari 670.000 euro untuk petugas polisi yang didakwa atas penembakan itu, Nadia berkata, "Hati saya sakit."
Lebih dari 200 petugas polisi dilaporkan terluka pada hari Sabtu, menurut Kementerian Dalam Negeri.
Sedangkan usia rata-rata mereka yang ditangkap adalah 17 tahun.
"Nahel diketahui polisi karena sebelumnya gagal mematuhi perintah penghentian lalu lintas dan secara ilegal mengendarai mobil sewaan," kata Jaksa Nanterre, dikutip Al Jazeera. ***