KONTEKS.CO.ID - Presiden Bulgaria Rumen Radev menyatakan keterjutannya atas meroketnya harga gas alam domestik dibulan September. Sebelumnya, Komisi Regulasi Energi dan Air (EWRC) memutuskan akan menaikkan harga gas hampir 19% dibandingkan Agustus menjadi BGN 353,21/Mwh atau sekitar Rp2.703.460/Mwh.
Ia melontarkan pernyataan setelah ditanya media terkait komentar pejabat Perdana Menteri Gulab Donev yang mengatakan bahwa pekerjaan pemerintah akan dinilai dari harga gas. Presiden menyatakan bahwa tugas pejabat pemerintah adalah menyelenggarakan pemilihan umum dan mengendalikan inflasi.
Seperti dilaporkan Novinite, Radev menekankan bahwa meroketnya harga disebabkan dua kapal tanker gas cair yang dikontrak pada bulan Juli, ketika kabinet " Petkov " dan manajemen Bulgargaz sebelumnya masih berkuasa, mendapatkan gas dengan harga mahal. Ia menambahkan bahwa harga gas dari mereka hampir dua kali lebih tinggi dari yang disanggupi oleh bisnis dan konsumen menjadi amat terbebani.
" Bahkan pencampuran dengan gas Azeri tidak dapat mengurangi harga yang sangat tinggi ini," kata Radev.
Pada konferensi pers di mana otoritas resmi menyatakan negosiasi untuk pasokan dari Gazprom tak terelakkan, Wakil Perdana Menteri Hristo Alexiev, yang juga kepala staf energi krisis, menunjukkan bahwa harga marjinal untuk mereka adalah BGN 250/Mwh atau sekitar Rp1.909.224/Mwh.
Dalam pernyataan terbuka secara tertulis, organisasi pengusaha, termasuk Konfederasi Pengusaha, Asosiasi Modal Industri, Kamar Dagang Bulgaria, mengindikasikan bahwa masalah harga gas dapat dipecahkan dengan pasokan dari perusahaan Rusia Gazprom.
Bulgargaz tidak mengungkapkan transaksi untuk dua kapal tanker pada bulan September. Pada bulan Mei, selama kunjungan ke AS, Perdana Menteri Kiril Petkov mengontrak dua kapal tanker LNG tetapi jumlahnya direncanakan untuk bulan Juni. Menurut data dari "DESFA" - operator transmisi gas Yunani dan pemilik terminal Revithoussa, pada 8 September, 88.626 meter kubik gas harus pindahkan ke Bulgaria dari kapal tanker QOGIR. ***