• Senin, 22 Desember 2025

Telkom Dukung Pendidikan Inklusif, Khususnya bagi Penyandang Disabilitas

Photo Author
- Rabu, 14 Mei 2025 | 00:30 WIB
Telkom mendukung pendidikan yang mampu merangkul semua kelompok, termasuk disabilitas belajar, tanpa diskriminasi.  (Telkom)
Telkom mendukung pendidikan yang mampu merangkul semua kelompok, termasuk disabilitas belajar, tanpa diskriminasi. (Telkom)


KONTEKS.CO.ID - Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2025 menjadi momentum bagi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk guna memperkuat komitmen dalam menyediakan pendidikan yang bermutu, adil, dan inklusif. Terutama pendidikan bagi kelompok rentan seperti penyandang disabilitas belajar.

Mengusung tema, “Partisipasi Semesta Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua”, pemerintah dan masyarakat diajak untuk lebih aktif berperan dalam menanggulangi kesenjangan pendidikan, termasuk melalui pemanfaatan teknologi.

Telkom pun menghadirkan program Innovillage. Ini adalah wadah pemberdayaan berbasis teknologi digital dan telah melahirkan berbagai solusi kreatif yang menyasar kebutuhan sosial masyarakat.

Baca Juga: Sosok Kolonel Antonius Hermawan, Perwira TNI yang Meninggal dalam Ledakan di Garut

“Sejalan dengan semangat Hari Pendidikan Nasional, Telkom terus berupaya untuk memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat. Salah satunya dengan menghadirkan Innovillage sebagai program yang dapat mendorong para generasi muda untuk berinovasi melalui pemanfaatan teknologi digital," kata Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah.

Dia berharap, inovasi-inovasi yang lahir dari program ini dapat memberikan dampak positif yang berkelanjutan, termasuk dalam mendukung pendidikan yang inklusif di seluruh Indonesia.”

Aplikasi TUTUR untuk Belajar Anak dengan Gangguan Bicara dan Bahasa

Salah satu inovasi yang menonjol dalam mendukung pendidikan inklusif pada program Innovillage adalah TUTUR. Ini adalah aplikasi komunikasi visual berbasis Picture Exchange Communication System (PECS) yang dirancang sebagai media pembelajaran bagi anak-anak dengan gangguan bicara dan bahasa, karya mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.

Baca Juga: Koalisi Masyarakat Sipil Desak Pembentukan Tim Independen Usut Peledakan Amunisi Afkir TNI

Ketua tim TUTUR Muhammad Ahsani Taqwim, menjelaskan, TUTUR merupakan aplikasi untuk anak disabilitas tunarungu, tuna grahita, dan autisme yang memiliki keterbatasan komunikasi dan bahasa.

“Kami membuat aplikasi ini ditujukan untuk membantu anak yang memiliki keterbatasan komunikasi dan bahasa dapat belajar dan berkomunikasi dengan metode Augmentative and Alternative Communication (AAC) dan Picture Exchange Communication System (PECS),” jelas Ahsani.

Melalui aplikasi TUTUR, Ahsani berharap inovasi yang dikembangkannya bersama tim dapat memberikan manfaat khususnya untuk teman-teman disabilitas.

Selain sebagai alat bantu komunikasi, TUTUR juga didesain sebagai media edukatif yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar di sekolah maupun di rumah. Guru dan orang tua dapat menyesuaikan konten visual dalam aplikasi sesuai dengan kurikulum dan kebutuhan anak. 

Baca Juga: Harapan di Balik Keputusan Chico Aura Batal Ikut Thailand Open 2025

Dengan pendekatan ini, TUTUR tidak hanya memfasilitasi komunikasi, tetapi juga mempercepat proses belajar melalui visualisasi yang mudah dipahami.

Berdasarkan data BPS 2023, hanya 37,76% anak penyandang disabilitas usia sekolah yang bisa mengakses pendidikan formal.

Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan anak tanpa disabilitas. Sebagian besar dari mereka tidak bersekolah karena ketiadaan fasilitas yang mendukung kebutuhan khusus.

Lebih dari itu, tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) pada poin ke-4 juga menegaskan pentingnya pendidikan yang inklusif dan berkualitas untuk semua, dan poin 10 yang menyerukan perlunya mengurangi ketimpangan, termasuk memberikan perhatian khusus pada kelompok rentan seperti penyandang disabilitas.

Baca Juga: Jokowi Unggah Momen Silahturahmi ke Rumah Dosen Pembimbing saat Kuliah di UGM

Salah satu kelompok yang terdampak adalah anak-anak dengan gangguan bicara dan bahasa. Mereka kerap mengalami hambatan komunikasi yang berdampak pada keterlibatan mereka dalam kegiatan belajar mengajar, serta pada aspek sosial dan emosional mereka.

Dalam konteks ini, partisipasi masyarakat dan inovasi teknologi menjadi kunci untuk menjembatani kesenjangan pendidikan tersebut.

Selain TUTUR, Innovillage ditahun ke-5 ini menghasilkan salah satu inovasi lainnya untuk mendukung pembelajaran bagi penyandang disabilitas, inovasi karya Telkom University ini diberi nama talkBook, sebuah inovasi yang mengusung konsep komunikasi alternatif berbasis audiovisual.

Dengan format seperti buku digital interaktif, TalkBook mengoptimalkan interaksi anak-anak penyandang hambatan komunikasi melalui kombinasi suara, teks, dan gambar yang dapat dipersonalisasi. Inovasi ini dirancang untuk meningkatkan respons emosional dan kemampuan reseptif anak terhadap materi pelajaran maupun interaksi sosial, terutama pada anak dengan autisme, afasia, atau cerebral palsy.

Baca Juga: Cukai Rokok Naik Terus, Asosiasi Petani Tembakau Ungkap Industri Kretek Makin Tertekan

Baik TUTUR maupun TalkBook tidak hanya menjawab kebutuhan komunikasi, tetapi juga membuka peluang partisipasi lebih luas bagi anak-anak berkebutuhan khusus di lingkungan sekolah dan pendidikan tinggi.

Inovasi-inovasi ini sejalan dengan prinsip utama SDG 4 dan 10: menjembatani kesenjangan melalui pendekatan yang adil, inovatif, dan berpusat pada individu.

Hari Pendidikan Nasional 2025 adalah seruan moral bahwa pendidikan bermutu tidak boleh eksklusif. Ia harus menjangkau semua termasuk mereka yang selama ini termarjinalkan.

Dengan mengedepankan nilai inklusivitas dan keadilan sosial sebagaimana dimandatkan dalam SDGs 4 dan 10, bangsa ini tengah menapaki jalan menuju masa depan yang lebih setara. 

Baca Juga: Jadwal Pertandingan Liga 1 Pekan Ke-33, Lengkap dengan Siaran Langsung

Pendidikan yang mampu merangkul semua kelompok, tanpa diskriminasi, bukan hanya mencerdaskan kehidupan bangsa, tetapi juga memperkuat pondasi kemanusiaan yang adil dan beradab. Maka, partisipasi semesta bukan sekadar slogan, tetapi panggilan nyata untuk bertindak hari ini, demi masa depan yang tak meninggalkan siapapun di belakang. ***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Iqbal Marsya

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X