Yang paling menusuk adalah suara kecil Zaid, yang hingga kini terus berputar di kepalanya, kalimat terakhir sebelum sang bocah tenggelam dibawa arus.
“Dia bilang, 'Umi tolong ambil tangan saya'. Itu suara terakhirnya,” kata dia.
9 Jam Bertahan di Atas Pohon Ceri
Saat air mencapai setinggi dada dan terus naik, ibu ini bersama beberapa tetangga memanjat tumpukan pohon ceri untuk menyelamatkan diri.
Di sanalah mereka bertahan selama sembilan jam panjang yang terasa seperti seumur hidup.
“Saya peluk anak perempuan saya kuat-kuat. Hanya itu yang bisa saya lakukan,” tuturnya.
Gelap malam, deras hujan, dan suara alam yang mengamuk menjadi saksi betapa tipisnya batas antara hidup dan mati pada malam itu.
'Keajaiban' di Tengah Kehilangan Besar
Lima hari setelah bencana, warga menemukan jasad Zaid di sebuah persawahan jauh dari rumah keluarga itu. Tubuhnya telah membengkak, tetapi masih dapat dikenali.
Yang membuat sang ibu tak mampu menahan tangis adalah penemuan lain berupa foto Zaid yang kini selalu ia bawa.
Foto itu ditemukan tak jauh dari lokasi penemuan jenazah, dalam kondisi utuh karena terlindungi plastik.
“Inilah cuma sisanya (foto). Itu rezeki saya. Walau sudah rusak, tapi tetap anak saya jadi kenang-kenangan,” lirihnya.
Suami Masih Belum Ditemukan
Hingga berita ini tayang, sang suami masih dinyatakan hilang. Tidak ada kepastian, namun ada secercah harapan yang terus dipegang sang ibu, secuil apapun itu.
“Entah di mana, saya tidak tahu. Tapi saya tetap berharap suatu hari dia pulang,” ucapnya.
Data kepala dusun setempat mencatat, banjir bandang di Muara Batu berdampak terhadap 230 KK dengan total 756 jiwa.