“Air yang masuk itu akan terpanaskan, berubah menjadi uap, menambah tekanan, dan kemudian letusan terjadi,” ujarnya belum lama ini.
Menurut Mirzam, air hujan juga dapat mengikis lapisan abu vulkanik yang selama ini menjadi penahan tekanan di puncak gunung.
“Seperti botol minuman bersoda yang sudah diguncang-guncangkan lalu tutupnya dibuka, maka akan menyembur keluar," katanya menggambarkan mekanisme tersebut.
Fenomena inilah yang berpotensi membuat Gunung Semeru lebih aktif pada periode basah, dan bisa menghadirkan ancaman berulang bagi permukiman di sekitar lembah aliran lahar.
Sekadar informasi, Gunung Semeru berada di perbatasan Kabupaten Malang dan Lumajang, Jawa Timur, dengan ketinggian 3.676 mdpl.
Karakter erupsi yang cenderung eksplosif dan kontinuitas aktivitasnya menjadikan wilayah sekitarnya sebagai salah satu zona rawan bencana vulkanik paling aktif di Indonesia.***
Artikel Terkait
BNPB Dorong Pemkab Lumajang Relokasi Warga Terdampak Erupsi Semeru dari Dusun Sumbersari
BNPB Minta Cek Semua Perangkat EWS Pascaerupsi Semeru
Coba 'Akali' Hujan, BMKG–BNPB Luncurkan Operasi Besar-besaran Cegah Banjir Lahar Semeru
Cegah Banjir Lahar Dingin Mematikan, BMKG dan BNPB Kerja Bareng Gelar Operasi Modifikasi Cuaca Gunung Semeru
Pagi Mencekam di Lumajang: Semeru Muntahkan Abu Vulkanik Setinggi 1.000 Meter, Warga Diimbau Menjauh 13 Km