“Kami menerobos dua kecamatan, yaitu Peunaron dan Serbajadi, karena menjadi daerah paling parah terdampak banjir bandang,” tuturnya.
“Longsoran tanah menutup seluruh akses jalan utama, sementara beberapa jembatan putus tersapu arus sungai yang meluap,” timpal Iskandar.
Dukungan Logistik Melalui Jalur Laut
Selain jalur darat, suplai bantuan juga difokuskan melalui laut. Dua kapal besar milik Kementerian Perhubungan; KN SAR Purworejo 101 dan KN Antares diberangkatkan dari Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh, pada Selasa, 2 Desember 2025.
Kepala Dinas Perhubungan Aceh, Teuku Faisal, memastikan seluruh logistik dari berbagai lembaga dan masyarakat telah dimuat dengan aman.
“Kami memastikan bantuan ini segera sampai ke tangan masyarakat terdampak. Logistik yang dibawa ini merupakan hasil kolaborasi berbagai pihak di Banda Aceh,” ujarnya.
Kapal-kapal tersebut membawa makanan, obat-obatan, pakaian, alat komunikasi, tenda, hingga genset, dengan titik bongkar utama di Pelabuhan Krueng Geukueh, Aceh Utara.
Bantuan untuk Aceh Timur juga dikirim melalui Kuala Idi menggunakan kapal nelayan dengan pengawalan ketat TNI AL dan Korps Kepolisian Perairan dan Udara.
Hingga kini, sejumlah wilayah terdampak masih belum dapat diakses, sementara proses evakuasi dan distribusi bantuan terus berjalan.***
Artikel Terkait
Sekjen PBB Sampaikan Duka Cita Bencana di Sumatra-Aceh, Siap Dukung Operasi Penyelamatan dan Tanggap Bencana
Walhi Riau: Banjir Bandang di Aceh-Sumatra Bukan Semata Bencana Alam tapi Bencana Ekologi
Kajian Greenpeace dan Global Forest Watch Dukung Peringatan Keras Institut USBA: Bencana Sumatera Bisa Terjadi di Papua dan Lebih Parah!
Pemerintah Panggil Perusahaan Diduga Penyebab Banjir Aceh-Sumatra, Astra, Agincourt, dan Tanoto?
Desak Prabowo Tetapkan Bencana Nasional di Aceh, Sumut, dan Sumbar, Amnesti Internasional: Jangan Takut Asing!
Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Sumatra Tembus Rp68 Triliun, Celios Desak Moratorium Sawit dan Tambang