Tidak terima atas pernyataaan itu, Guido mempertanyakan ucapan dikriminatif dan berbau rasisme tersebut.
"Apa hubungannya asal daerah dengan etika?" tanya Guido.
Staf itu hanya menjawab singkat, "Saya kalau ngomong sama kamu, saya kalah."
Hingga berita ini diturunkan, menurut Guido, staf bernama Eko tidak meminta maaf atas pernyataannya yang berbau rasisme.
"Padahal Pak Indra sudah meminta maaf atas nama tim keamanan kepada para peserta aksi," tutur Guido.
Baca Juga: Penghilangan Barang Bukti di Kantor Maktour, MAKI: Sudah Halangi Penyidikan
Ia menyesalkan perilaku oknum staf di FEB UB yang mencampurkan daerah asal dengan atika dan adab. "Seharusnya bicaranya lebih terjaga, terlebih di lingkungan akademik kampus," kata Guido.
Rampas Kamera Jurnalis
Sebelumnya, staf bernama Eko ini juga melakukan intimidasi dan upaya perampasan kamera terhadap jurnalis LPM Indikator yang meliput aksi penolakan TNI menjadi pemateri PKKMABA FEB UB 2025.
Kronologinya, saat mahasiswa mulai membentangkan spanduk dan banner penolakan, sejumlah staf dan aparat keamanan FEB UB mendatangi mahasiswa.
Jurnalis LPM Indikator, Al Gregory, mengatakan saat tengah mendokumentasikan dialog dan ketegangan peserta aksi dengan tim keamanan fakultas, beberapa anggota keamanan mendatangi dan memintanya untuk tidak meliput aksi tersebut.
Baca Juga: The World Games 2025: Desak Made Rita Persembahkan Emas, Kiromal Katibin Perak
Al mengatakan ke petugas bahwa menjalankan tugas jurnalistiknya sebagai tim peliput resmi kegiatan mahasiswa baru di lingkungan UB, termasuk FEB UB.
"Sudah tau jelek kok diliput, kamu maunya apa?," ujar si petugas keamanan. Al tetap bersikeras tengah meliput.
Kemudian, salah seorang staf FEB perempuan mendatangi Al dan menanyakan dari pers mana. Ketika disebut dari pers FEB UB, petugas perempuan berhihab dan memakai kaca mata tetap saja melarang Al meliput aksi tersebut.
Tiba-tiba, seorang staf FEB UB menggunakan batik coklat mendatangi Al dan langsung hendak merampas kameranya. Tapi upaya peraampasan kamera itu gagal.