Sebelum kepergiannya, Mbok Yem sempat menyampaikan keinginan terakhirnya kepada keluarga.
Ia merasa waktunya untuk beristirahat telah tiba dan tak ingin lagi kembali ke puncak Lawu.
Keputusannya untuk pensiun bukan karena keterpaksaan, melainkan sebuah pilihan yang penuh kesadaran.
"Beliau sudah bilang ingin istirahat, tidak ingin naik gunung lagi. Maunya tinggal di rumah bareng keluarga," ungkap Syaiful.
Baca Juga: KFC dan Taco Bell Berdarah-darah, Emiten Restoran Cepat Saji FAST Rugi Hampir Rp800 Miliar
Kepergian Mbok Yem bukan hanya kehilangan bagi keluarga, tetapi juga bagi ribuan pendaki yang pernah singgah di warungnya.
Warung sederhana miliknya di puncak Lawu bukan hanya tempat beristirahat, tapi juga simbol keteguhan dan keramahan di tengah dinginnya udara Lawu.
Kini, warung yang sudah puluhan tahun berdiri itu tengah dalam pertimbangan keluarga besar.
Belum ada keputusan resmi apakah warung tersebut akan dilanjutkan oleh generasi berikutnya atau tidak.
Baca Juga: Beredar Foto-Foto Terakhir Kali Dunia Melihat Paus Fransiskus: Mengharukan
"Nanti kami bicarakan bersama keluarga besar. Sekarang fokus dulu untuk melepas kepergian beliau," kata Syaiful.***
Artikel Terkait
Tersesat di Tengah Hutan Gunung Hambalang, Kurir Paket Minta Tolong Damkar
Frekuensi Letusan Gunung Semeru per 15-30 Menit, Waspada Kawah Jonggring Saloko
Kisah Sukses Muhammad Yani Anak Kampung Gunung Batu yang Nyaris Jadi Pemulung Kini Terbang ke Harvard
Tawatu Kopi: Garden Cafe Hits di Prigen dengan View Gunung Arjuno dan Spot Piknik Gratis!
Kabar Duka, Legenda Gunung Lawu dan Pemilik Warung Tertinggi di Indonesia Mbok Yem Meninggal Dunia