olahraga

Kamboja Resmi Tarik Semua Atlet dari SEA Games 2025 di Thailand, NOCC Ungkap Alasannya

Rabu, 10 Desember 2025 | 12:44 WIB
Kamboja tarik atletnya dari SEA Games di Thailand (Foto: YouTube/Starsports)

KONTEKS.CO.ID - Kamboja memutuskan untuk menarik semua kontingen dan atletnya dari pergelaran SEA Games 2025 di Thailand buntut konflik kedua negara itu.

Sebab, pemerintah Kamboja khawatir para atlet dan kontingennya akan terganggunya dalam perjalanan pulang jika konflik perbatasan dengan Thailand semakin meluas.

Penarikan resmi itu disampaikan Sekretaris Jenderal Komite Olimpiade Nasional Kamboja (NOCC), Vath Chamroeun pada Rabu 10 Desember 2025.

Baca Juga: Diberi Tiket oleh Kemenhut, Bupati Tapsel Gus Irawan Bongkar Nama-Nama Pengusaha Diduga Pelaku Pembalakan Liar di Tapanuli Selatan

"Dengan berat hati saya memberitahu Anda semua bahwa, karena kekhawatiran serius dan permintaan dari keluarga para atlet kami untuk segera kembali ke rumah," ujarnya mengutip Channel News Asia, Rabu.

"NOCC harus menarik seluruh delegasi kami dan mengatur kepulangan mereka ke Kamboja secepatnya karena alasan keamanan. Keputusan ini diambil tidak mudah," imbuhnya.

Penarikan dilakukan sehari usai upacara pembukaan SEA Games ke-33 di Stadion Nasional Rajamangala, Kecamatan Bang Kapi, Bangkok.

"Kami memastikan bahwa Kamboja telah menarik diri," kata pejabat senior penyelenggara SEA Games, Akarin Hiranprueck menukil laporan Bangkok Post, Rabu.

Sebagai informasi, pertempuran antara militer Thailand dan Kamboja di wilayah perbatasan semakin meluas tak terkendali.

Baca Juga: Nadiem Makarim Dkk Bakal Disidang dalam Kasus Laptop Chromebook 16 Desember, Ini Dakwaannya

Thailand mengatakan, pihaknya hari ini mengambil tindakan untuk mengusir pasukan Kamboja dari wilayahnya.

Tindakan itu seiring dengan merebaknya kembali pertempuran antara kedua negara tetangga Asia Tenggara tersebut di sepanjang perbatasan yang disengketakan.

Masing-masing pihak saling menyalahkan atas bentrokan tersebut, yang telah menggagalkan gencatan senjata rapuh yang ditengahi oleh Presiden AS Donald Trump.

Perjanjian yang mengakhiri pertempuran selama lima hari pada bulan Juli lalu.

Halaman:

Tags

Terkini