nasional

Gunung Hayli Gubbi Meletus, Ahli ITB Ungkap Risiko Gunung Api Dormant di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 12:15 WIB
Ilustrasi Gunung Api Hayli Gubbi di Ethiopia yang secara mengejutkan meletus setelah tertidur selama lebih dari 12.000 tahun. (Foto: Pixabay)

Restless Volcano, Tak Meletus tapi Magmanya Bergerak

Dalam kategori dormant, terdapat subjenis yang perlu diperhatikan, yakni restless volcano atau gunung yang tampak tenang tetapi memperlihatkan aktivitas magmatik di bawah permukaan.

Baca Juga: Ali Sadikin, Jenderal Marinir Bintang 4 Pertama di Indonesia: Arsitek Korps Marinir, Arsitek Pembangunan Jakarta yang Dicerca Ulama Gegara Judi

“Kelompok ini menunjukkan tanda-tanda pergerakan magma di bawah permukaan, meskipun tidak sedang meletus,” jelasnya.

Di Indonesia, subkelompok ini dikenal sebagai gunungapi tipe B, dan jumlahnya cukup banyak. “Setidaknya terdapat 30 gunungapi tipe B yang tersebar di Sumatra, Jawa, Bali–Nusa Tenggara, dan Maluku,” ungkapnya.

Kategori terakhir adalah extinct, yakni gunung yang sudah tidak memiliki pasokan magma aktif. “Gunungapi extinct merupakan gunungapi yang sistem magmanya telah padam atau berakhir,” imbuh Mirzam.

Baca Juga: Imbas Insiden Cilincing, BGN Perketat SOP MBG: Mobil Pengantar Dilarang Masuk Area Sekolah

Contoh gunung kategori ini antara lain Gunung Thielsen di Oregon dan Gunung Baluran di ujung timur Pulau Jawa.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan gunung api terbanyak di dunia. “Sekitar 16% gunung api dunia, atau 127 gunung, berada di Indonesia,” beber Scientific Advisor Global Volcano Risk Alliance itu.

Besarnya jumlah penduduk yang tinggal di lereng gunung api ikut menambah kerentanan. Lebih dari 350 juta orang di dunia hidup dalam radius 30 km dari gunung aktif atau berpotensi aktif, dan 29 juta di antaranya berada kurang dari 10 km dari kawah.

Baca Juga: Klasemen Sementara Perolehan Medali SEA Games 2025 per Minggu 14 Desember Pukul 07.00 WIB: Indonesia Dongkel Vietnam!

Ia juga menyoroti minimnya sistem pemantauan global. “Kurang dari 50 persen gunung api di dunia dilengkapi dengan pemantauan yang memadai,” ungkapnya.

Ditegaskannya, kasus letusan dahsyat El Chichón di Meksiko pada 1982 serta kebangkitan Sinabung menjadi pengingat bahwa gunungapi dormant pun dapat menimbulkan bahaya besar.

Menutup penjelasannya. Mirzam menekankan pentingnya meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai dinamika gunung api.

“Belajar, memahami, dan mengenal gunung api adalah cara terbaik untuk hidup harmonis bagi kita yang tinggal di kawasan Ring of Fire,” pungkasnya. ***

Halaman:

Tags

Terkini