"Hal ini mengindikasikan bahwa konveksi di sekitar sistem masih fluktuatif dan belum sepenuhnya terorganisasi," sebut Teuku Faisal.
Baca Juga: Tak Ada Meninggal Dunia, 19 Korban Tabrakan Mobil MBG di Cilincing Dirawat di Dua Rumah Sakit
Sementara, berdasarkan analisis angin per lapisan, pada permukaan hingga 850 hPa, pola sirkulasi siklonik tampak melebar ke arah timur dari pusat sistem.
Kemudian, pada lapisan 700-500 hPa pola sikulasi tidak lagi jelas dan lebih menyerupai belokan angin.
Lalu, pada lapisan 200 hPa terlihat adanya area divergensi di lapisan atas di sekitar pusat sirkulasi, meskipun aliran anginnya yang relatif lemah bergeser lebih ke arah timur laut.
Aktivitas Bibit Siklon Tropis 91S ini didukung oleh aktifnya gelombang Equatorial Rossby di wilayah sistem berada. Dan, gelombang low frequency yang secara spasial berada di sebelah timur pusat sirkulasi.
Selanjutnya, 91S juga didukung kondisi sistem yang tengah berada di wilayah dengan suhu muka laut yang hangat (29-30 derajat Celcius).
Baca Juga: Ini Ancaman Pasal Sangkaan Dirut Terra Drone
Vortisitas yang mendukung meskipun belum terlalu kuat, divergensi lapisan atas yang menguat, serta kelembapan udara yang relatif cukup basah dan mendukung pada setiap lapisan di sekitar pusat sistem.
Tak hanya Bibit Siklon Tropis 91S, aspek klimatologis memperkirakan curah hujan kategori tinggi hingga sangat tinggi (200-500 mm/bulan) terjadi di Tapanuli, Nias, Langkat, Mandailing Natal, dan Labuhan Ratu pada Desember.
Lalu pada Januari 2026, curah hujan cenderung menurun dan menjadi kategori menengah hingga tinggi di Tapanuli Tengah, langkat, Mandailing Natal, dan Padang Lawas.***