KONTEKS.CO.ID - Tumpukan material kayu gelondongan di lokasi bencana banjir bandang dan tanah longsor di Sumatra menunjukkan adanya indikasi keterlibatan aktivitas manusia.
Pernyataan tersebut disampaikan Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University, Bambang Hero Saharjo.
Menurutnya, kondisi tersebut tak sepenuhnya dapat dijelaskan sebagai kayu lapuk atau dampak runtuhan alami.
Baca Juga: Ruang Hidup Terkikis, Lubang Bekas Tambang Tinggalkan Luka di Kaltim
Bambang juga mengaitkan temuan tersebut dengan kasus serupa yang pernah dia tangani beberapa tahun lalu di kawasan lindung Sumatra Utara.
Dia menjelaskan, hutan yang masih sehat memiliki struktur tajuk yang rapat dan bertingkat, sehingga mampu memecah dan menahan laju air hujan.
"Walaupun ada air, dia tidak langsung ke permukaan. Dia jatuh di tajuk, pecah, kemudian sebagian mengalir melalui batang atau stem flow," jelasnya menukil Antara, Jumat 5 Desember 2025.
Bambang menyebut, tumbuhan bawah dan serasah punya peran penting menyerap air dan menjaga kestabilan ekosistem hutan.
Baca Juga: Update Korban Bencana Aceh-Sumatra: Korban Meninggal Dunia 836 Jiwa, 518 Masih Hilang
Lapisan vegetasi yang berjenjang, mulai dari tajuk atas hingga vegetasi bawah jadi sistem penyangga alami penjaga keseimbangan lingkungan.
"Tuhan menciptakan ini tentu saja untuk kebaikan manusia dan lingkungannya," ucapnya.
Dia mengatakan, tumbangnya satu atau dua pohon dalam kondisi alami bukan merupakan ancaman bagi ekosistem.
Baca Juga: Ribuan Lubang Bekas Tambang Sudah Makan Korban Jiwa 51 Anak di Kaltim, Bikin Geram
"Pohon ini, ya, kalaupun tumbang, itu tidak banyak. Paling hanya satu, dua, dan itu alami," sebutnya.