nasional

AI Ungkap Krisis Kepercayaan Publik 2025: KPK Tak Relevan, Ekonomi pun Tidak Realistis

Rabu, 3 Desember 2025 | 07:33 WIB
AI ungkap krisis kepercayaan publik 2025 (Foto: Ilustrasi/Freepik)

KONTEKS.CO.ID - Pakar manajemen, Rhenald Kasali mengingatkan bahwa Indonesia kini menghadapi perubahan yang tidak lagi bergerak secara linier.

Ia menegaskan bahwa dunia telah masuk ke Quantum Age, atau fase baru ketika teknologi, kecerdasan buatan, dan algoritma mampu menciptakan konflik tanpa sentuhan fisik maupun pengerahan pasukan militer.

“Jika negara tidak cepat beradaptasi, kita bisa kalah bahkan tanpa tahu siapa musuhnya,” ujar Rhenald dalam sesi Keynote Speak pada Diskusi Refleksi Akhir Tahun yang diselenggarakan Deep Intelligence Research (DIR), DEEP Indonesia, dan Rumah Perubahan di Bekasi, pada Selasa, 2 Desember 2025.

Baca Juga: Indonesia Catat Kerugian Rp7,8 triliun Akibat Penipuan Berbasis AI

Menurutnya, perang modern semakin murah karena negara cukup mengoperasikan mesin, drone, dan AI untuk menjalankan fungsi-fungsi strategis.

Ancaman tak lagi datang dari senjata konvensional, tetapi dari otomatisasi keputusan yang dijalankan teknologi melampaui kecepatan manusia.

“Di Quantum Age, intuisi politik tidak cukup. Negara harus mengambil keputusan secepat teknologi bergerak,” tegasnya.

AI Tangkap Krisis Kepercayaan Publik 2025

Dalam paparan terpisah, Direktur DEEP Indonesia sekaligus Direktur Komunikasi DIR, Neni Nur Hayati, memaparkan hasil riset percakapan publik berbasis AI terhadap 174.730 diskursus media sosial sepanjang 2025.

Hasilnya menunjukkan gejala yang konsisten yakni kepercayaan publik mengalami penurunan tajam terhadap hampir seluruh sektor nasional.

Baca Juga: Kata-Kata Pertama Ira Puspadewi Usai Keluar dari Tahanan KPK

“Percakapan publik didominasi isu otoritarianisme, konflik elite, PSU yang berlarut-larut, hingga kekecewaan masyarakat terhadap komunikasi kebijakan pemerintah. Lonjakan terbesar terjadi saat demo nasional 28 Agustus 2025 lalu,” kata Neni.

Riset juga menangkap persepsi negatif masyarakat terhadap lembaga hukum, terutama menyangkut ketidakpastian penegakan aturan.

Narasi mengenai RUU KUHAP serta kasus Hasto, Tom Lembong, dan Ira Puspadewi menjadi sumber sentimen negatif paling menonjol. Bahkan, menurut Neni, narasi 'KPK sudah tidak relevan' muncul sebagai salah satu isu paling bertahan sepanjang tahun.

Halaman:

Tags

Terkini