KONTEKS.CO.ID - Polisi terus mendalami ledakan yang terjadi di SMAN 72 Jakarta, Kelapa Gading, Jumat pekan lalu.
Pelaku adalah anak berkonflik dengan hukum (ABH) yang masih di bawah umur. Hingga Rabu, 12 November 2025, pihak kepolisian sudah memeriksa ayah pelaku untuk mengetahui latar belakang dan motif di balik peristiwa itu.
"Ayah ABH sudah dimintai keterangan termasuk beberapa saksi lainnya," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Bhudi Hermanto. Sementara itu, ibu pelaku masih sulit diperiksa karena tengah bekerja di luar negeri.
Baca Juga: Punya Tim Pribadi Usai Keluar Pelatnas, Jonatan Christie Beber Pengaruh Besar ke Performa Turnamen
Pelaku sendiri masih menjalani perawatan di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, setelah operasi kepala.
Penanganan tidak hanya medis, tapi juga melibatkan pendampingan psikologis. "Di RS Polri ada tim terpadu, selain dari penanganan medis, penanganan psikologis, ada langkah-langkah lain setelah operasi, yaitu operasi plastik, bedah plastik," jelas Bhudi.
Motif dan Penanganan Anak ABH
Polisi menegaskan, penanganan anak yang berhadapan dengan hukum dilakukan hati-hati. Berbagai lembaga seperti Balai Pemasyarakatan (Bapas), KPAI, B2TP2A, dan P3A ikut dilibatkan.
Dari hasil penyelidikan sementara, pelaku diduga mengalami tekanan pribadi. “Yang bersangkutan merasa sendiri, tidak punya teman, tidak ada keluarga, tidak ada tempat yang bisa memberikan ketenangan,” ujar Bhudi.
Baca Juga: Ahli Gizi Jadi Profesi Langka Usai Program Makan Bergizi Gratis Prabowo, BGN: Kini Justru Dicari
Pelaku dipastikan tidak terafiliasi jaringan terorisme. Polisi masih menelusuri asal bahan peledak yang digunakan.
Ledakan terjadi saat salat Jumat berlangsung di masjid sekolah, memicu dua ledakan berurutan yang melukai 96 orang, termasuk siswa, guru, dan warga sekitar.
Kapolda Metro Jaya Irjen Asep Edi Suheri menegaskan, aksi dilakukan secara mandiri tanpa keterkaitan jaringan teror.
Dirreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Iman Imanuddin menambahkan, pelaku memendam rasa frustrasi dan marah yang akhirnya dilampiaskan melalui tindakan ekstrem itu.***