KONTEKS.CO.ID - Indonesia membuka peluang untuk mengirim pasukan penjaga perdamaian ke Sudan dan terus memperbanyak kontribusi dalam misi pasukan perdamaian.
Bentrok sengit antara angkatan bersenjata reguler Sudan (Sudan Armed Forces) dan kelompok paramiliter Rapid Support Forces pecah sejak April 2023.
Menlu Sugiono pada Rabu kemarin malam mengatakan Indonesia terus membuka opsi untuk mengirim pasukan penjaga perdamaian ke wilayah-wilayah konflik, tidak terbatas pada Gaza.
Baca Juga: Bermain Imbang 3-3 Lawan Club Brugge, Hansi Flick Akui Barcelona Melempem
“Selama ada mandat yang jelas dari PBB, kami siap,” kata Sugiono.
Pernyataan ini sejalan dengan pidato Presiden Prabowo Subianto di Sidang Umum PBB pada akhir September lalu.
Dalam debutnya di forum tersebut, Prabowo menegaskan kesiapan Indonesia untuk berkontribusi dalam perdamaian dunia dan mengambil bagian dalam memikul tanggung jawab global.
Baca Juga: Sambangi Pelabuhan Tanjung Perak, Rusia Jajaki Peluang Kerja Sama Maritim dan Logistik
Indonesia merupakan kontributor kelima terbesar dalam misi penjaga perdamaian dunia.
Hingga akhir September 2025, Indonesia telah menugaskan 2.731 personel, berada di bawah Bangladesh (5.649) dan India (5.206).
Nepal menjadi negara dengan jumlah pasukan terbanyak, yaitu 6.031 personel, disusul Rwanda dengan 5.885 personel, berdasarkan data PBB.
Baca Juga: Insta360 X4 Air: Solusi Kamera 360 untuk Vlogger dan Traveler
PBB menggambarkan perang di Sudan sebagai salah satu krisis kemanusiaan terburuk abad ke-21.
Konflik yang berlangsung dua tahun ini telah menelan sekitar 150 ribu korban jiwa.