nasional

Sambut Hari Santri 2025, Berikut Ini Pidato Lengkap Ketum PBNU Gus Yahya dan Pesan Menggugah KH Hasyim Asy’ari

Rabu, 22 Oktober 2025 | 07:05 WIB
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf saat pidato dengan tema menyambut Hari Santri 2025 di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat. (PBNU)

Ini adalah tantangan-tantangan yang harus dihadapi bersama. Ini adalah perjuangan yang harus dijalankan bersama. Maka, amanat Rais Akbar Hadratussyekh Kiai Muhammad Hasyim Asy'ari untuk Nahdlatul Ulama ini harus kita kembangkan, kita perluas wilayahnya menjadi seruan untuk segenap bangsa Indonesia.

Hadratussyekh mengamanatkan: Udhulūha—ay udhulū hādzihil jam’iyyah, jam’iyyata Nahdlatil Ulama’—bil mahabbati wa widād wal ulfati wal ittihād wal ittishāli bil arwāhi wal ajsād.

Masuklah kalian semua di dalam jam'iyah Nahdlatul Ulama ini dengan sayang dan cinta, bil mahabbati wal widād. Jadi kalau sampeyan tidak bisa menyayangi sesama NU, lebih baik tidak usah ikut NU saja. Kalau Pak Ulil (Abshar Abdalla) tidak bisa menyayangi Pak Fahmi (Akbar Idris), tidak usah ikut NU saja.

Ikut yang lain saja. Karena perintahnya kita harus masuk NU ini bil mahabbati wal widād. Wal ulfati wal ittihād, dengan rukun dan bersatu. Wal itthasli bil arwāhi wal ajsād, dan menyambungkan bukan saja jasad secara fisik saja—kita bertemu, berkumpul seperti ini—tetapi secara rohani kita harus bersambung satu sama lain.

Baca Juga: 1,2 Juta Ton Pupuk Bersubisidi Disiapkan untuk Musim Tanam Oktober-Maret, Ini Perinciannya

Apakah itu berarti bahwa kita harus menafikan perbedaan apa pun yang ada di antara kita? Ya tidak. Apa kita harus mengingkari adanya perbedaan-perbedaan di antara kita? Tidak demikian.

Perbedaan-perbedaan itu sesuatu yang niscaya yang tidak bisa dihindari. Perbedaan pandangan, perbedaan pendapat, perbedaan pendapatan, ini jelas tidak bisa dihindari. Orang cenderung berpikir bahwa untuk bisa bersatu maka perbedaan-perbedaan itu harus diselesaikan dulu.

Orang cenderung berpikir demikian. Kenapa susah bersatu? Karena ada perbedaan-perbedaan. Maka perbedaan-perbedaan itu harus diatasi dulu supaya bisa bersatu. Tapi Hadratussyekh langsung memerintahkan kita untuk bersatu dulu: Udhulūha bil mahabbati wa widād wal ulfati wal ittihād.

Bersatu dulu, baru kalau ada masalah kita selesaikan. Justru ada banyak masalah yang muncul gara-gara kita tidak bisa bersatu. Karena kita tidak mau bersatu, maka muncul masalah-masalah yang sebetulnya tadinya tidak ada.

Baca Juga: Tiket Pesawat Turun 14 Persen, Liburan Nataru Bakal Lebih Ramah di Kantong!

Masalah itu tidak ada, bahkan substansinya tidak ada, tapi gara-gara tidak mau bersatu, masalah diada-adakan. Maka, mari kita ikuti saja amanat perintah dari Hadratussyekh ini: Udhulūha bil mahabbati wa widād wal ulfati wal ittihād wal ittishāli bil arwāhi wal ajsād.

Dan ini tidak cukup hanya untuk Nahdlatul Ulama saja, mari kita ajak seluruh bangsa Indonesia ini. Udhulū ‘ālamil Indonesia bil mahabbati wal widād. Mari sesama bangsa ini kita pupuk terus kasih sayang dan cinta sesama. Bil ulfati wal ittihād, kerukunan dan kebersatuan.

Persatuan dan kesatuan. Dan mari kita sambung sambung satu sama lain, bukan hanya secara fisik saja, bukan secara akal saja, tapi juga dalam jiwa. Mari kita bersatu lahir batin, bersatu jiwa dan raga.

Semoga dengan itu kemudian Allah subhānahu wa ta'ālā menurunkan pertolongannya sebagaimana dijanjikan: Yadullāh ma’al jamā’ah. Yadullāh ma’al jamā’ah. Kalau mau ditolong, bersatulah. Amīn.

Wallāhul muwaffiq ilā aqwāmith tharīq. Wassalāmualaikum warahmatullāh wabarakātuh. ***

Halaman:

Tags

Terkini