nasional

Program MBG Tersendat karena Mekanisme Penyaluran, Penilaian Guru Besar UGM

Senin, 6 Oktober 2025 | 12:18 WIB
Aktivitas di salah satu SPPG Jawa Tengah sebagai bagian dari program MBG. (Pemkab Batang)

KONTEKS.CO.ID - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang sudah berjalan selama 10 bulan dinilai masih jauh dari harapan.

Alih-alih memperbaiki gizi anak Indonesia, program ini justru menimbulkan masalah baru seperti menu yang monoton hingga kasus keracunan massal.

Guru Besar Departemen Manajemen FEB UGM, Prof. Dr. R. Agus Sartono, M.B.A., menilai MBG sejatinya adalah gagasan yang baik jika melihat praktik di negara maju.

Baca Juga: Update Korban Musala Ponpes Al Khoziny Ambruk: 54 Orang Meninggal Dunia, 13 Masih Dicari

“Program ini sesungguhnya memberikan banyak manfaat, pertama memperbaiki gizi anak di usia pertumbuhan, membangun kohesi sosial, menanamkan disiplin, hingga memberi multiplier effect pada ekonomi,” ujarnya, akhir pekan kemarin, seperti dilansir dari portal UGM.

Namun, ia menekankan persoalan muncul pada tataran implementasi.

“Tantangannya di implementasi, persoalan muncul bukan pada ide besar, tetapi pada mekanisme penyaluran,” katanya.

Baca Juga: Duh, Macan Tutul Nyelonong Masuk ke Dalam Hotel di Bandung

“Akibatnya belakangan ini muncul pandangan negatif dan berbagai kasus keracunan muncul,” ia menambahkan.

Agus mencatat program ini menargetkan sekitar 55,1 juta siswa di 329 ribu sekolah serta lebih dari 20 ribu pesantren.

Dengan alokasi Rp15 ribu per siswa, dibutuhkan dana Rp247,95 triliun per tahun.

Baca Juga: Harga Emas Dunia Tembus Rekor Rp64,6 juta, Perak juga Lompat: Shutdown AS Picu Lonjakan

“Jumlah ini jauh lebih besar dari dana desa 2025 sekitar Rp71 triliun, dan anggaran pendidikan transfer daerah Rp347 triliun,” paparnya.

Menurutnya, potensi ekonomi daerah sangat besar dengan dana sebesar itu.

Halaman:

Tags

Terkini