- Menurunkan harga bahan pokok dan menata distribusi pangan.
- Mendukung petani, nelayan, dan UMKM agar produksi pangan meningkat berkelanjutan.
- Memperkuat posyandu dan puskesmas agar anak-anak mendapat pendampingan gizi sejak dini.
Aksi ini mendapat dukungan langsung dari Guru Besar Universitas Indonesia, Prof. Tamrin Amal Tomagola, yang selama ini dikenal sebagai sosiolog kritis dan kerap menyuarakan pembelaan terhadap rakyat kecil.
Baca Juga: 7 Fakta Praperadilan Nadiem: Penetapan Tersangka Dinilai Cacat
Dalam pernyataannya, Prof. Tamrin menilai MBG bukanlah solusi struktural untuk persoalan gizi rakyat.
“Program makan bergizi gratis hanyalah gimmick politik. Anggaran ratusan triliun lebih baik dialokasikan untuk memperkuat layanan kesehatan, pendidikan, dan pemberdayaan ekonomi rakyat."
"Dengan begitu, masyarakat bisa mandiri menyiapkan gizi untuk keluarganya, bukan menunggu belas kasihan negara,” tegas Tamrin.
Prof Tamrin Amal Tomagola Kritik MBG: Gimmick Politik
Guru Besar Universitas Indonesia itu menilai MBG bukan solusi struktural untuk persoalan gizi rakyat.
"Program makan bergizi gratis hanyalah gimmick politik. Anggaran ratusan triliun lebih baik dialokasikan untuk layanan kesehatan, pendidikan, dan pemberdayaan ekonomi rakyat," tegas Prof Tamrin.
Menurutnya, program populis seperti MBG rawan diselewengkan dan berpotensi menciptakan ketergantungan baru masyarakat pada bantuan instan.***