KONTEKS.CO.ID - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menilai tren Rojali atau Rombongan Jarang Beli) dan Rohana atau Rombongan Hanya Nanya sebagai respons wajar masyarakat terhadap ketidakpastian ekonomi yang masih berlangsung.
“Pada saat terjadi kondisi yang lebih tidak pasti beberapa bulan terakhir ini, tentu banyak pihak yang lebih mengambil posisi untuk menimbang-nimbang sebelum mengambil keputusan,” ujar Mahendra dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisioner OJK di Jakarta, Senin, 4 Agustus 2025.
Ia menjelaskan bahwa sikap konsumen yang menahan belanja tidak berbeda dengan kecenderungan produsen dan investor yang juga bersikap hati-hati.
Ketiganya memilih menunggu situasi lebih jelas sebelum memutuskan langkah lanjutan, baik dalam konsumsi, produksi, maupun investasi.
Baca Juga: Akhir Tragis Silfester Matutina, Dieksekusi Kejagung Usai Fitnah JK soal Pilkada DKI 2017
Menurut Mahendra, tren tersebut tidak semata-mata mencerminkan melemahnya daya beli, melainkan lebih kepada sikap kehati-hatian akibat situasi ekonomi yang belum sepenuhnya stabil.
Namun demikian, OJK optimistis konsumsi masyarakat akan kembali meningkat seiring membaiknya arah kebijakan ekonomi nasional dan meredanya tekanan global.
“Dengan kepastian yang lebih jelas dan hasil yang telah dicapai saat ini, maka konsumen pun akan memperoleh keyakinan lebih baik dalam menentukan belanja ke depan,” kata Mahendra.
Istilah Rojali dan Rohana menjadi populer di media sosial sebagai cerminan perubahan perilaku belanja masyarakat.
Rojali menggambarkan kelompok masyarakat yang hanya melihat-lihat barang tanpa membeli, sementara Rohana merujuk pada mereka yang banyak bertanya tentang produk, harga, atau promo, namun tidak melakukan transaksi.
Fenomena ini disebut mencerminkan kehati-hatian konsumen di tengah tekanan biaya hidup dan ketidakpastian ekonomi global.***