KONTEKS.CO.ID - Indonesia masih bergantung pada impor garam untuk memenuhi kebutuhan nasional yang mencapai 4,7 juta ton per tahun.
Saat ini, produksi dalam negeri baru mampu mencapai 2,5 juta ton per tahun, sehingga sisanya harus didatangkan dari luar negeri.
Melihat kesenjangan tersebut, PT Garam berkomitmen meningkatkan produksi dengan berbagai strategi, termasuk modernisasi dan optimalisasi lahan.
Baca Juga: Lengkap! Jadwal Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, Kamis 20 Maret 2025, dari Sore sampai Sahur
"Mau tidak mau, kita harus melakukan modernisasi. Kita harus melakukan investasi, dan itu kami sekarang lakukan," ujar Direktur Utama PT Garam, Abraham Mose, dalam CNBC Indonesia Food Summit 2025, Rabu, 19 Maret 2025.
Investasi Pabrik dan Ladang Garam Baru
Salah satu langkah konkret PT Garam adalah rencana pembangunan pabrik baru di Segoromadu serta kerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk membuka ladang garam baru di Sabu, Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Baca Juga: Pungli Ormas Ganggu Bisnis, Presiden Perintahkan Tindakan Tegas
"Di Bipolo ada sekitar 1.000 hektare, dan totalnya bisa mencapai 2.000 hektare. Potensi produksi garam dari sini sekitar 400-500 ribu ton per tahun," jelas Abraham.
Meski begitu, jumlah tersebut masih belum mencukupi kebutuhan nasional. Oleh karena itu, Abraham mengajak para pelaku usaha untuk berkolaborasi dalam memanfaatkan potensi produksi garam dalam negeri.
Target Produksi 4,7 Juta Ton
Dengan berbagai langkah intensifikasi, PT Garam berharap dapat mencapai produksi yang mendekati kebutuhan nasional sebesar 4,7 juta ton per tahun.
"Ini adalah potensi besar yang harus kita manfaatkan. Jika produksi dalam negeri meningkat, ketergantungan pada impor bisa dikurangi secara bertahap," pungkas Abraham.
Upaya ini juga sejalan dengan visi pemerintah untuk mewujudkan swasembada garam dan meningkatkan kesejahteraan petambak garam di Indonesia. ***