KONTEKS.CO.ID - Tedak Siten atau dalam bahasa jawa disebut Tedhak Sinten, merupakan salah satu upacara adat jawa ketika seorang anak mulai menginjakan kaki ke tanah. Tradisi tedak siten ini sudah dilakukan sejak dahulu kala, dan hingga saat ini sudah menjadi turun temurun.
Meski telah tergusur dengan tradisi modern, tidak ada salahnya bisa kita mengetahui lagi apa itu tedak siten?
Tedak berarti "melangkah", dan "siten" berasal dari kata siti yang artinya "tanah atau bumi". Jadi, tedak siten artinya "melangkah di bumi", orang jawa menyebutnya "turun tanah".
Tedak siten adalah tradisi atau budaya orang jawa yang dilakukan sebagai rasa syukur sekaligus harapan agar sang anak menjadi pribadi yang baik nantinya. Tedak siten umumnya dilakukan ketika anak berusia 7 bulan.
Dengan sejumlah prosesi yang memang sudah menjadi ketentuan.
Apa saja perlengkapan tedak siten?
- Kurungan dari bambu seperti untuk mengurung ayam.
- Aneka jenang warna-warni yang terbuat dari ketan.
- Tangga dan kursi, dibuat dari tebu.
- Ayam panggang ditusukkan pada batang tebu, dibawahnya diberi pisang, aneka barang-barang dan mainan tradisional.
- Tumpeng robyong, bubur dan jadah (terbuat dari ketan) 7 warna, buah-buahan dan jajanan pasar.
- Uang kertas atau receh untuk disebarkan.
- Bayu gege (air gege), dibiarkan semalam di tempat terbuka dan paginya kena sinar matahari sampai pukul 08.00.
- Ayam hidup yang dilepaskan dan diperebutkan kepada tamu undangan.
Lalu bagaimana susunan acara tedak siten?
1. Berjalan di 7 Warna
Anak dipandu untuk berjalan di atas jenang 7 warna yang berbeda (merah, putih, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu) yang terbuat dari beras ketan.
Ritual ini melambangkan bahwa di masa depan, anak harus bisa mengatasi semua hambatan dalam hidup.