Ia juga mengkritik narasi pemerintah yang dinilai tidak sesuai kondisi lapangan, misalnya di Aceh Tamiang yang disebut sudah tujuh hari tanpa makanan, sementara pemerintah hanya menampilkan gambaran yang bersih dan salaman.
"Tetapi gambar yang ditampilkan pemerintah hanya tempat yang bersih dan adegan salam-salaman," katanya.
Kekecewaan publik kemudian memunculkan gelombang solidaritas mandiri. Menurut Virdian, masyarakat menitipkan Rp410 juta kepadanya dalam tiga hari, sementara Ferry Irwandi mengumpulkan Rp10 miliar dalam sehari.
“Dalam tiga hari, masyarakat menitipkan Rp410 juta ke saya untuk disalurkan. Feri Irwandi bisa kumpulkan Rp10 miliar dalam sehari. Kenapa? Karena kita saling percaya," katanya.
Banyak warga pun enggan berdonasi lewat skema pemerintah karena masalah kepercayaan. Virdian menuntut agar pemerintah segera menetapkan status bencana nasional demi mempercepat penanganan lintas sektor mulai dari tata ruang, audit deforestasi, hingga penegakan hukum.
Baca Juga: Perkuat Infrastruktur Konektivitas Papua, TelkomGroup Resmikan Community Gateway Merauke
"Kenapa enggak diterapkan bencana nasional? Memang kenapa kalau nanti asing bantu, toh BUMN juga sekarang boleh dimasukin asing? Kenapa bantuan untuk bencana Sumatera enggak boleh masukin asing? Ini kan bicara soal ego daripada negara aja,” katanya.***
Artikel Terkait
Perintah Prabowo: Listrik di Sumatra Pulih Paling Lambat Minggu Malam Ini
Tinjau Lokasi Banjir Bandang di Bireun Aceh, Presiden Prabowo Bakal Rehabilitasi Sawah: Petani Tak Usah Khawatir
Momen Presiden Prabowo Mendadak Ingin Santap Menu Korban Banjir di Aceh: Pedes Ya Ini?
Prabowo Bakal Hapus Utang KUR Petani Aceh yang Terdampak Banjir Bandang dan Longsor
BNPB Perbarui Data ke Prabowo: Bencana Sumatera 921 Orang Meninggal dan 392 Hilang