• Minggu, 21 Desember 2025

Aljabar Strategic: Tobat Nasuha Cak Imin Vs Doli Kompetisi Kepedulian Simbolik Kepada Korban Bencana

Photo Author
- Kamis, 4 Desember 2025 | 10:34 WIB
Tumpukan kayu pascabanjir menerjang wilayah Sumut. (KONTEKS.CO.ID/Dok LBH Medan)
Tumpukan kayu pascabanjir menerjang wilayah Sumut. (KONTEKS.CO.ID/Dok LBH Medan)
KONTEKS.CO.ID – Narasi antara Menko Pemberdayaan Manusia (PM) Muhaimin Iskandar (Cak Imin) versus Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia, soal tobat nasuha terkait bencana merupakan kompetisi kepedulian simbolik.
 
"Pertukaran narasi Cak Imin–Doli berada dalam apa yang disebut kompetisi kepedulian simbolik," kata Arifki Chaniago, Direktur Eksekutif Aljabar Strategic di Jakarta, Kamis, 4 Desember 2025.
 
Ia menyampaikan, para elite juga berlomba merebut posisi sebagai suara moral atau teknis yang paling relevan di tengah perlombaan parpol hadir memberikan bantuan kepada korban.
 
 
“Ketika parpol turun ke lokasi, mereka sedang membangun pencitraan berbasis kehadiran,” ujarnya.
 
Sedangkan ketika elite seperti Cak Imin dan Doli berbicara, mereka membangun pencitraan berbasis penjelasan.
 
"Kompetisi ini tidak bisa dihindari karena bencana selalu menjadi panggung yang sensitif bagi legitimasi politik,” katanya.
 
 
Ia menilai, selama kompetisi ini tidak mengganggu kerja kemanusiaan, dinamika tersebut masih dapat dipahami sebagai bagian dari proses demokrasi.
 
Terpenting, katanya, pesan utama tetap terjaga, yakni warga terdampak membutuhkan bantuan nyata, sementara elite dan parpol perlu memastikan narasinya tidak saling menegasikan upaya penanganan.
 
“Di tengah bencana, publik melihat dua hal sekaligus, siapa yang datang membawa beras dan siapa yang datang membawa arah," ujarnya.
 
 
Menurut Arifki, selama keduanya bergerak dalam harmoni, politik tetap bisa berjalan tanpa mengaburkan kemanusiaan.
 
Ia menambahkan, fenomena parpol berbondong-bondong datang ke lokasi bencana sebenarnya membawa dimensi komunikasi politik yang sama.
 
Komunikasi politik tersebut yakni kehadiran fisik di lapangan adalah bentuk visual framing. Publik melihat siapa yang hadir, siapa yang peduli, dan siapa yang hanya muncul lewat pernyataan.
 
 
Menurut dia, bantuan parpol itu ibarat ‘bahasa tubuh’ politik. Ketika bendera partai bertebaran di lokasi bencana, itu adalah cara mereka mengatakan ‘kami ada untuk kalian’.
 
“Di sisi lain, komentar elite adalah ‘bahasa lisan’. Keduanya saling melengkapi dalam persaingan membentuk persepsi publik,” kata Arifki.***
 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Setiawan Konteks

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X