• Senin, 22 Desember 2025

Sumbar Catat Kasus Demam Tertinggi di Pulau Sumatra Pasca-Bencana Banjir Bandang

Photo Author
- Kamis, 4 Desember 2025 | 06:17 WIB
Tenaga kesehatan yang dikerahkan Kemenkes memberikan layanan ke warga yang mengungsi pascabanjir bandang di Aceh, Sumut, dan Sumbar. (Foto: kemenkes)
Tenaga kesehatan yang dikerahkan Kemenkes memberikan layanan ke warga yang mengungsi pascabanjir bandang di Aceh, Sumut, dan Sumbar. (Foto: kemenkes)



KONTEKS.CO.ID – Kementerian Kesehatan (Kemenks) mencatat Sumatra Barat atau Sumbar mencatat kasus demam tertinggi di Pulau Sumatra.

Terutama, di antara tiga provinsi yang terhantam banjir bandang dan tanah longsor di Pulau Andalas, sebutan Sumatra.

Pada periode 25–29 November 2025, tercatat ada 376 kasus demam dari lima kabupaten di provinsi tersebut. Yaitu, Pasaman, Pasaman Barat, Agam, Pesisir Selatan, dan Tanah Datar.

Baca Juga: Gus Yahya Tegaskan Masih Ketum PBNU, Siap Tempuh Jalur Hukum jika Islah Ditolak

Keluhan kesehatan lain yang banyak dilaporkan meliputi myalgia sebanyak 201 kasus, gatal (120 kasus), dispepsia (118 kasus), ISPA (116 kasus). Lalu hipertensi (77 kasus), luka (62 kasus), sakit kepala 46 kasus, dan diare serta asma masing-masing 40 kasus.

Di Sumatera Utara, pola yang sama juga terjadi. Kabupaten Tapanuli Selatan mencatat 277 kasus demam, diikuti myalgia (151 kasus), gatal (150 kasus), dispepsia (94 kasus), ISPA (96 kasus).

Menyusul keluhan hipertensi (75 kasus), luka-luka (45 kasus), sakit kepala (23 kasus), diare (23 kasus), dan asma (3 kasus) selama periode 25 November–1 Desember 2025.

Baca Juga: Jakarta Pusatkan Pesta Perayaan Malam Tahun Baru 2026 di HI, Pramono Ingin Perayaan Natal Lebih Semarak

Sedangkan di Aceh menunjukkan pola berbeda. Dari data yang terkumpul, di Kabupaten Pidie Jaya pada periode 25–30 November 2025, keluhan tertinggi ialah luka-luka sebanyak 35 kasus, ISPA 15 kasus serta diare 6 kasus.

Kepala Pusat Krisis Kesehatan, Agus Jamaludin, mengatakan, tingginya kasus demam menandakan kondisi lingkungan dan tempat tinggal yang belum pulih pascabencana.

“Demam merupakan keluhan yang paling cepat meningkat setelah banjir. Terutama ketika tempat pengungsian padat dan akses air bersih terbatas. Disebabkan juga karena pelindung tubuh yang kurang memadai selama mengungsi,” kata Agus Jamaludin, mengutip Kamis 4 Desember 2025.

Baca Juga: Hujan Diprediksi Masih Bayangi Jabodetabek Hari Ini, BMKG Imbau Warga Waspada Petir dan Angin Kencang

Agus memastikan, Kemenkes sudah mengirimkan tenaga kesehatan dan logistik tambahan ke wilayah terdampak.

“Kami menjamin ketersediaan obat dan tenaga kesehatan untuk menangani berbagai keluhan kesehatan yang dialami masyarakat. Fokus kami ialah mencegah penularan dan menekan risiko komplikasi,” paparnnya.

Selain penyakit yang sudah terlaporkan, keadaan pascabanjir berpotensi memicu meningkatnya kasus DBD dan Leptospirosis. Sebab genangan air sisa banjir dapat menjadi tempat berkembang biak nyamuk penyebab DBD.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Iqbal Marsya

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X