• Senin, 22 Desember 2025

Sherly Tjoanda Akhirnya Buka Suara: Akui Masih Berduka, Takut Dipelintir hingga Benarkan Pemanggilan KPK

Photo Author
- Rabu, 19 November 2025 | 06:27 WIB
Gubernur Maluku Utara, Sherly Tjoanda (Foto: YouTube/CURHAT BANG Denny Sumargo)
Gubernur Maluku Utara, Sherly Tjoanda (Foto: YouTube/CURHAT BANG Denny Sumargo)

KONTEKS.CO.ID - Gubernur Maluku Utara (Malut), Sherly Tjoanda Laos akhirnya memecah kebungkamannya terkait serangkaian isu yang menyeret namanya.

Setelah lebih dari sebulan memilih tidak memberi klarifikasi, Sherly menegaskan bahwa sikap diamnya bukan tanpa alasan.

Ia mengaku masih menjalani masa adaptasi sebagai pejabat publik sekaligus menjalani duka mendalam setelah kehilangan suaminya.

Dalam sebuah podcast di saluran YouTube CURHAT BANG Denny Sumargo yang tayang Selasa, 18 November 2025, Sherly memaparkan secara terbuka faktor-faktor yang membuatnya menahan diri untuk tidak merespons polemik yang berkembang di publik.

Baca Juga: Dugaan Gurita Bisnis Tambang Gubernur Sherly Tjoanda Viral, JATAM Sorot Jejak Izin yang Dinilai Janggal

"Banyak yang bertanya kepada saya mengapa tidak memberikan klarifikasi? Sebenarnya saya enggak terlalu suka membahas masalah, mungkin karena saya belum terbiasa menjadi pejabat publik," ucap Sherly.

Adaptasi Berat Pasca Suami Wafat

Sherly mengaku perjalanan awalnya sebagai gubernur bukan hanya soal penyesuaian jabatan, tetapi juga pergumulan pribadi setelah ditinggal sosok yang selama ini menjadi penopang berbagai urusan profesional dan keluarga.

"Namun, kemudian saya menyadari bahwa saya sekarang adalah pejabat publik. Jadi, ketika publik menuntut saya untuk menjawab, tentu saya harus menjawab," katanya.

Ia membeberkan bahwa setelah suaminya meninggal, sejumlah urusan yang sebelumnya ditangani mendiang langsung berpindah ke tangannya, mulai dari urusan tambang hingga pajak.

Baca Juga: Bukan Diperiksa, Ternyata Ini Alasan Gubernur Cantik Sherly Tjoanda Sambangi Markas KPK

"Ketika kejadian, selesai Oktober saja saya harus mengurus pertambangan dan pajak. Saya bingung harus memulai dari mana, dan itu membuat saya menjadi tidak nyaman. Hal-hal yang biasanya di-handle oleh almarhum, tiba-tiba saya harus handle, kayak kehilangan dia sesuatu," tuturnya.

Perubahan mendadak itu membuatnya mengalami tekanan emosional hingga bersikap penolakan terhadap tuntutan publik.

"Saya benar-benar sendiri. Saya harus menjadi ibu, bapak, dan pejabat publik. Terkadang rasanya saya mau menangis sendiri," ucapnya dengan mata mulai berkaca-kaca.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rizki Adiputra

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X