KONTEKS.CO.ID - Klaim swasembada beras kembali mengemuka setelah BPS merilis data produksi padi tahun ini yang melonjak 13,54 persen, menghasilkan surplus 3,87 juta ton.
Namun, di balik capaian gemilang tersebut, Perum Bulog menghadapi ancaman serius dari internal gudang mereka sendiri: stok beras yang menumpuk tinggi.
Per 4 November 2025, stok beras BULOG mencapai 3,916 juta ton, sebuah rekor yang disebut sebagai Cadangan Beras Pemerintah (CBP) tertinggi dalam sejarah.
Khudori, Pengurus Pusat Perhepi (Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia) dan Anggota Komite Ketahanan Pangan Inkindo, secara tegas menyebut tumpukan stok jumbo ini sebagai ‘bom waktu’ yang siap meledak.
Risiko yang Mengancam
Menurut Khudori, stok beras yang menumpuk lama menyimpan risiko besar bagi negara dan Bulog.
Pertama, beras adalah komoditas yang mudah rusak.
Baca Juga: Prabowo Resmi Anugerahkan Gelar Pahlawan Nasional ke 10 Tokoh: Soeharto, Gus Dur hingga Marsinah
"Idealnya beras hanya disimpan empat bulan. Lebih dari 4 bulan beras harus dikeluarkan dari gudang atau disalurkan," tegasnya.
Kedua, penyimpanan yang berlarut-larut membawa konsekuensi finansial.
"Semakin lama disimpan biaya pengelolaan semakin besar. Ini membebani Bulog sebagai korporasi," jelas Khudori.
Baca Juga: Polda Metro Periksa Roy Suryo Cs sebagai Tersangka Tudingan Ijazah Palsu Jokowi 13 November 2025
Ia menyoroti hampir 80 persen dari total stok, atau sekitar 3,134 juta ton, telah berusia di atas empat bulan per September 2025.
Seiring berjalannya waktu, risiko penurunan mutu dan biaya terus bertambah.***
Artikel Terkait
Sri Mulyani Suntik Rp16,6 Triliun ke Bulog, Stok Beras Nasional Tertinggi sejak 1969
Stok Beras di Ritel Banyak yang Kosong di Tengah Kasus Beras Oplosan, Ini Penjelasan Kemendag
Kemendagri Ungkap Risiko Kerugian Hingga Tak Layak Konsumsi Efek Menggunungnya Stok Beras Bulog
Bulog Sebut Stok Beras Stabil, Tidak Ada Kelangkaan di Ritel