KONTEKS.CO.ID - Mantan Wakapolri Komjen Pol (Purn) Oegroseno mengkritik penampilan seragam anggota Polri saat ini yang dinilainya terlalu militeristik dan tidak mencerminkan citra polisi sipil yang humanis.
Menurutnya, reformasi kultural di tubuh Polri harus dimulai dari hal yang paling kasat mata, yaitu penampilan dan seragam, untuk membangun kembali kedekatan dengan masyarakat.
Oegroseno secara spesifik menyoroti penggunaan Pakaian Dinas Lapangan (PDL) sebagai seragam harian oleh banyak anggota Polri.
Baca Juga: Demo 30 September 2025, Jumhur Hidayat Minta Buruh Tak Ikut Terlibat: Fokus Revisi UU Ciptaker
"Kenapa setiap hari harus berpakaian Pakaian Dinas Lapangan?" tanyanya dalam sebuah diskusi pada Minggu, 28 September 2025.
Ia mengingatkan bahwa sepatu lars yang identik dengan PDL seringkali dijadikan karikatur sebagai simbol untuk "menginjak masyarakat".
Kesan represif ini, menurutnya, harus segera dihilangkan. "Jadi polisi kembali seperti zaman dulu lagi, pakai Pakaian Dinas Harian," sarannya.
Baca Juga: Ungkap Rahasia HP Rp2 Jutaan Galaxy A17, Salah Satunya Dipersenjatai AI dan Kamera 50 MP Anti-Goyang
Kritik juga ia tujukan kepada Divisi Propam yang menggunakan baret sebagai bagian dari seragamnya.
"Kenapa harus pakai baret? Apakah kalau pakai baret itu dianggap bukan Propam? Kesannya tuh wah, siap berperang ini," ujarnya.
Ia khawatir penampilan yang terlalu sangar ini justru menjauhkan polisi dari masyarakat yang seharusnya dilindungi dan dilayani, dan bahkan dari sesama anggota yang seharusnya dibina.
Baca Juga: Di Sidang PBB, Menlu Rusia Tuding NATO-Uni Eropa Nyatakan Perang, Trump dan Eropa Balik Tekan
Ia menyarankan agar Polri mencontoh penampilan polisi di negara lain seperti Korea Selatan, yang menggunakan seragam lapangan yang lebih soft, ringan, dan fungsional, namun tetap berwibawa.
"Kembalikan penampilan polisi ke 'civil uniform' yang lebih bagus," tegasnya. Menurutnya, perubahan penampilan ini adalah langkah awal yang penting untuk secara visual menunjukkan komitmen Polri dalam bertransformasi menjadi institusi yang lebih melayani, mengayomi, dan humanis, sesuai dengan semangat reformasi.***
Artikel Terkait
Reza Indragiri Sebut Tradisi 'Urut Kacang' Hambat Reformasi, tapi Jadi Kunci Stabilitas Polri
Reza Indragiri Ragukan Niat Baik Tim Internal Polri, Sebut Dibentuk karena Terpantik Agenda Presiden
Usul Reformasi Radikal, Selamat Ginting Minta Kewenangan Polri Dipecah ke Tiga Kementerian
Cegah Gesekan di Lapangan, Selamat Ginting Serukan Pentingnya UU Susunan Kedudukan TNI dan Polri
PDIP Pasti Punya Bukti, Selamat Ginting Desak Polri Berbenah dari Citra 'Parcok'