KONTEKS.CO.ID – Sejumlah wilayah Nusantara mengalami hujan yang terbilang dengan curah ekstrem sehingga menimbulkan bencana alam banjir dan longsor.
Hujan ekstrem di Indonesia ternyata tidak hanya dipengaruhi satu faktor tunggal. Namun lebih sering terjadi karena interaksi berbagai fenomena atmosfer.
Temuan penting itu dipaparkan Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer (PRIMA), Organisasi Riset Kebumian dan Maritim (ORKM) BRIN saat gelaran China-Indonesia Ocean and Atmosphere Training Workshop di Bandung, Jabar, baru-baru ini.
Baca Juga: China Masters 2025 Catat Sejarah Baru, Ganda Campuran Tuan Rumah Angkat Koper Usai 18 Tahun Dominasi
Dihadapan para periset, Fadli Nauval, peneliti PRIMA, memaparkan hasil kajian berjudul Analysis of Extreme Rainfall Occurrence in Equatorial Cities of the Indonesian Maritime Continent Influenced by Relevant Weather and Climate Drivers.
Penelitian ini mengkaji secara mendalam faktor-faktor penyebab hujan ekstrem di berbagai kota khatulistiwa di Indonesia. Misalnya, Padang, Pontianak hingga Jayapura, dengan menitikberatkan pada peran penggerak cuaca dan iklim skala besar ataupun regional.
Fadli mengutarakan, hujan ekstrem di Indonesia bukan hanya dipicu satu faktor tunggal. Tetapi lebih sering muncul akibat interaksi berbagai fenomena atmosfer.
Dicontohkan, kombinasi antara Madden-Julian Oscillation (MJO) dan gelombang Kelvin yang dapat memperkuat curah hujan di beberapa daerah.
“Interaksi ganda mendominasi kejadian ekstrem. Sebagai contoh, seperti MJO ditambah Kelvin di Padang, dengan 65 persen kejadian hujan ekstrem,” jelas Fadli yang mendalami faktor-faktor penyebab hujan ekstrem.
Ia menambahkan, pola interaksi ganda ini lebih berkontribusi terhadap kejadian hujan ekstrem dibandingkan dengan interaksi tunggal.
Temuan tersebut penting lantaran bisa menjelaskan mengapa beberapa kota di Indonesia kerap mengalami intensitas hujan lebih tinggi pada periode tertentu. Khususnya ketika fenomena atmosfer besar saling berinteraksi.
Baca Juga: Serangan Siber Hantam Sistem Check-in Bandara-Bandara Tersibuk di Eropa
Fenomena ganda juga cenderung menghasilkan curah hujan yang lebih konsisten dengan durasi lebih lama, sehingga dampaknya lebih signifikan.
Artikel Terkait
Awal Pekan, Hujan Bayangi Bogor pada Siang hingga Malam Hari
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Cuaca Ekstrem, Hujan Lebat Bayangi Pulau Jawa 14-16 September 2025
BMKG Prediksi Musim Hujan Datang Lebih Awal, Ini Wilayah yang Curahnya Tinggi
Musim Hujan Datang Lebih Cepat, BMKG Ingatkan Ancaman Bencana Hidrometeorologi
Musim Hujan Datang Lebih Awal, BMKG: Positif bagi Petani Atur Pola Tanam