• Senin, 22 Desember 2025

Ilmuwan Ungkap Biang Kerok Hujan Ekstrem di Langit Indonesia

Photo Author
- Sabtu, 20 September 2025 | 19:23 WIB
Fadli Nauval, peneliti PRIMA, memaparkan hasil kajian terkait hujan ekstrem di Indonesia. (BRIN)
Fadli Nauval, peneliti PRIMA, memaparkan hasil kajian terkait hujan ekstrem di Indonesia. (BRIN)

KONTEKS.CO.ID – Sejumlah wilayah Nusantara mengalami hujan yang terbilang dengan curah ekstrem sehingga menimbulkan bencana alam banjir dan longsor.

Hujan ekstrem di Indonesia ternyata tidak hanya dipengaruhi satu faktor tunggal. Namun lebih sering terjadi karena interaksi berbagai fenomena atmosfer.

Temuan penting itu dipaparkan Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer (PRIMA), Organisasi Riset Kebumian dan Maritim (ORKM) BRIN saat gelaran China-Indonesia Ocean and Atmosphere Training Workshop di Bandung, Jabar, baru-baru ini.

Baca Juga: China Masters 2025 Catat Sejarah Baru, Ganda Campuran Tuan Rumah Angkat Koper Usai 18 Tahun Dominasi

Dihadapan para periset, Fadli Nauval, peneliti PRIMA, memaparkan hasil kajian berjudul Analysis of Extreme Rainfall Occurrence in Equatorial Cities of the Indonesian Maritime Continent Influenced by Relevant Weather and Climate Drivers.

Penelitian ini mengkaji secara mendalam faktor-faktor penyebab hujan ekstrem di berbagai kota khatulistiwa di Indonesia. Misalnya, Padang, Pontianak hingga Jayapura, dengan menitikberatkan pada peran penggerak cuaca dan iklim skala besar ataupun regional.

Fadli mengutarakan, hujan ekstrem di Indonesia bukan hanya dipicu satu faktor tunggal. Tetapi lebih sering muncul akibat interaksi berbagai fenomena atmosfer.

Baca Juga: Profil Hasan Nasbi: Dari Aktivis hingga Jadi Komisaris Pertamina, Harta Kekayaan Tembus Rp41,3 Miliar

Dicontohkan, kombinasi antara Madden-Julian Oscillation (MJO) dan gelombang Kelvin yang dapat memperkuat curah hujan di beberapa daerah.

“Interaksi ganda mendominasi kejadian ekstrem. Sebagai contoh, seperti MJO ditambah Kelvin di Padang, dengan 65 persen kejadian hujan ekstrem,” jelas Fadli yang mendalami faktor-faktor penyebab hujan ekstrem.

Ia menambahkan, pola interaksi ganda ini lebih berkontribusi terhadap kejadian hujan ekstrem dibandingkan dengan interaksi tunggal.

Temuan tersebut penting lantaran bisa menjelaskan mengapa beberapa kota di Indonesia kerap mengalami intensitas hujan lebih tinggi pada periode tertentu. Khususnya ketika fenomena atmosfer besar saling berinteraksi.

Baca Juga: Serangan Siber Hantam Sistem Check-in Bandara-Bandara Tersibuk di Eropa

Fenomena ganda juga cenderung menghasilkan curah hujan yang lebih konsisten dengan durasi lebih lama, sehingga dampaknya lebih signifikan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Iqbal Marsya

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X