• Senin, 22 Desember 2025

Mentan Sebut Bukan Kelangkaan Beras Premium, Hanya Pergeseran Distribusi

Photo Author
- Rabu, 3 September 2025 | 15:23 WIB
Mentan Andi Amran Sulaiman soal beras oplosan (Foto: Instagram/a.amran_sulaiman)
Mentan Andi Amran Sulaiman soal beras oplosan (Foto: Instagram/a.amran_sulaiman)

KONTEKS.CO.ID - Fenomena kosongnya stok beras premium di sejumlah ritel modern belakangan ini menimbulkan kekhawatiran masyarakat akan potensi kelangkaan pangan.

Namun, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa kondisi tersebut bukanlah tanda kelangkaan beras.

Menurut Amran, kekosongan di ritel modern terjadi karena adanya perubahan pola distribusi. Jika sebelumnya pasokan ke ritel lebih banyak disuplai oleh pabrik besar, kini sebagian besar distribusi beras diarahkan ke pasar tradisional melalui pabrik atau penggilingan kecil.

“Ada pola pergeseran mengisi ruang pasar tradisional, dari pabrik kecil ke pasar tradisional,” ujar Mentan Amran di kantor Perum Bulog, Jakarta, Selasa, 2 September 2025.

Baca Juga: Perkuat Pengamanan Ibu Kota, Kapolda NTT Kirim 100 Personel Brimob 'Komodo 'ke Jakarta

Dengan skema baru ini, omzet penjualan di pasar tradisional justru meningkat. Amran menekankan, indikator produksi maupun inflasi masih terjaga dengan baik sehingga tidak ada alasan menyebut kondisi ini sebagai kelangkaan.

“Dikatakan langka kalau produksi turun, itu langka. Tapi ini ada pergeseran,” katanya.

Amran mengungkapkan, kapasitas penggilingan kecil di Indonesia kini mampu menghasilkan hingga 116 juta ton, sementara produksi gabah nasional mencapai 65 juta ton.

Selisih kapasitas ini memungkinkan penggilingan kecil untuk menyerap hasil panen petani secara optimal.

Baca Juga: Polisi Ungkap Lokasi Penyimpanan Bom Molotov Demonstrasi Ricuh Jakarta, Perakitnya Dijuluki Profesor

Sementara itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) memperkuat klaim tersebut. BPS memproyeksikan produksi beras nasional hingga Oktober 2025 mencapai 31,04 juta ton, dan diperkirakan meningkat menjadi 34 juta ton pada akhir Desember 2025.

Angka ini jauh lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu, ketika produksi hanya sekitar 20 juta ton.

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Eko Priliawito

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X