• Senin, 22 Desember 2025

Pengamat Intelijen Rildwan Habib: Intelijen dan Aparat Keamanan Gelagapan Tangani Demonstrasi dan Kerusuhan Agustus 2025

Photo Author
- Rabu, 3 September 2025 | 15:51 WIB
Demonstrasi di depan Gedung DPR diwarnai ricuh antara massa mahasiswa dan aparat keamanan. (Tangkapan layar X)
Demonstrasi di depan Gedung DPR diwarnai ricuh antara massa mahasiswa dan aparat keamanan. (Tangkapan layar X)

 

KONTEKS.CO.ID – Pengamat intelijen Rildwan Habib mengatakan, aparat keamanan gelagapan mengamankan aksi demonstrasi di lapangan dan media sosial (mendos).

Rildwan dalam wawancara di salah satu stasiun televisi swasta nasional di Jakarta, Rabu, 3 September 2025, mengatakan, dari sisi intelijen, semua lembaga intelijen kebobolan karena tidak dapat mengidentifikasi potensi terjadinya kericuhan.

"Pertanyaannya, apakah Kapolri, Kepala BIN pada tanggal 25 Agustus mendapat feeding bahwa akan ada demonstrasi yang berujung kemungkinan rusuh," ujarnya.

Baca Juga: Rusak Imbas Demonstrasi Rusuh, Begini Nasib 18 Traffic Light di Jakarta

Bukan hanya penanganan aksi demonstrasi di depan Kompleks DPR/MPR/DPD RI Jakarta, aparat juga gagal meredam berbagai narasi provokatif di berbagai media sosial.

Menurutnya, ini merupakan kegagalan aparat keamanan dalam komunikasi. Pemerintah sangat keteteran di media sosial untuk meredam dan mencegah narasi provokatif.

"Informasi berlimpah di media sosial, counter-nya enggak ada. Tidak ada satu pusat krisis komunikasi yang bisa menjadi rujukan bahkan untuk media," katanya.

Ujung-ujungnya, lanjut Rildwan, pemerintah menempuh langkah instan, yakni mematikan fitur live di TikTok dan lainnya.

Baca Juga: Polisi Ungkap Lokasi Penyimpanan Bom Molotov Demonstrasi Ricuh Jakarta, Perakitnya Dijuluki Profesor

"Akhirnya kan kepepetnya begitu, komunikasilah dengan TikTok dan sebagainya, menjadi tidak ada live," ujarnya.

Rildwan menilai bahwa counter narasi tidak mematikan kebebasan berekspresi. Ia mencontohkan, ketika ada video beredar di media sosial, polisi dipukuli massa, ini siapa yang meng-counter agar tidak memicu tindakan anarkistis lainnya.

"Yang mengonter harusnya medsosnya Porli. Itu harus cepat karena di medsos ini hitungannya menit. Viralitas ini hitungannya menit," ujarnya.

Atas dasar itu, ini harus menjadi bahan eveluasi pemerintah dan aparat keamanan dalam mengantisipasi aksi demonstrasi di masa mendatang.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Setiawan Konteks

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X