KONTEKS.CO.ID - PT Bank Central Asia (Bank BCA) bantah pernyataan ekonom dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Sasmito Hadinegoro bahwa BCA masih punya utang Rp60 triliun ke negara dan mengangsur Rp7 triliun per tahun.
"BCA yang memiliki utang kepada negara Rp60 triliun yang diangsur Rp7 triliun setiap tahunnya adalah tidak benar," kata I Ketut Alam Wangsawijaya, Corporate Secretary BCA dalam surat kepada Bursa Efek Indonesia pada Rabu, 20 Agustus 2025.
Ia menyampaikan, di dalam neraca BCA tercatat memiliki aset obligasi pemerintah senilai Rp60 triliun.
"Seluruhnya telah selesai pada tahun 2009 sesuai dengan ketentuan dan hukum yang berlaku," ujarnya.
BCA menyampaikan surat kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) menjawab permintaan klarifikasi yang sebelumnya dilayangkan BEI kepada Bank BCA.
"Tanggapan Atas Surat Bursa Efek Indonesia No. S-09602/BEI.PP2/08-2025 tanggal 19 Agustus 2025 perihal Permintaan Penjelasan Atas Pemberitaan di media massa," demikian surat jawaban Bank BCA yang ditujukan kepada BEI.
Surat tersebut ditujukan kepada BEI, khususnya kepada I Gede Nyoman Yetna selaku Direktur Penilaian Perusahaan dan Adi Pratomo Aryanto selaku Kepala Divisi Penilaian Perusahaan 2.
Pihak BEI sebelumnya menyampaikan surat Perihal Permintaan Penjelasan Atas Pemberitaan di media massa, yakni Sasmito menduga adanya rekayasa dalam akuisisi 51 persen saham BCA oleh Djarum Grup, kerajaan bisnis milik Budi Hartono di era Megawati.
"Pada waktu itu, pada Desember 2002, nilai sahamnya (BCA) Rp117 triliun. Dalam buku, BCA mempunyai utang ke negara Rp60 triliun, diangsur Rp7 triliun setiap tahunnya," katanya.***
Artikel Terkait
Skandal Penjualan Saham BCA Soal Utang BLBI, Negara Rugi Hingga Rp78 Triliun
Geger Kasus Utang BLBI BCA ke Negara, Ekonom: Harus Diusut Lewat Proses Hukum yang Kredibel
Tak Setangguh yang Dikira, Sistem Keamanan Bank BCA Sering Digoyang Isu Miring di Forum Black Hacker
Ini Tanggapan BCA Soal Pembelian 51 Persen Saham oleh Djarum Group
BCA Sebut Harga Saham Saat Diakuisisi Djarum Group Bukan Rp117 Triliun