KONTEKS.CO.ID - Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mengimbau masyarakat untuk mulai berhemat dalam penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM), seiring meningkatnya risiko lonjakan harga minyak mentah dunia akibat eskalasi konflik di Timur Tengah.
Anggota Komite BPH Migas, Saleh Abdurrahman, menyampaikan bahwa konflik antara Iran dan Israel yang kini turut menyeret Amerika Serikat, telah memicu kekhawatiran global, terutama terkait kemungkinan ditutupnya Selat Hormuz jalur vital pengiriman 20% pasokan minyak dunia.
“Stok BBM nasional saat ini memang masih dalam kondisi aman. Per 16 Juni 2025, stok Pertalite cukup untuk 21 hari, Pertamax 29 hari, dan Solar 19 hari,” ujar Saleh kepada CNBC Indonesia, Senin, 23 Juni 2025.
Baca Juga: Kasus Korupsi MPR, KPK Spill Satu Tersangka Penerimaan Gratifikasi, Saksinya Dua Pejabat Setjen
Namun, ia menegaskan bahwa posisi Indonesia sebagai negara net importir minyak membuat ketahanan energi domestik sangat rentan terhadap gejolak geopolitik global.
Saat ini, harga minyak dunia mulai menunjukkan reli tajam. Mengacu data Refinitiv per pukul 08:30 WIB, harga minyak Brent naik 2,69% ke USD79,08 per barel, sementara WTI menguat 1,23% ke USD75,85 per barel. Harga Brent sudah melonjak hampir 14% sejak 12 Juni, dari level USD69,36 per barel.
Lonjakan harga tersebut dipicu oleh tindakan Iran yang secara resmi menutup Selat Hormuz sebagai respons atas serangan udara AS terhadap tiga fasilitas nuklir utama Iran: Fordow, Natanz, dan Isfahan.
Baca Juga: Investor Asing Net Sell Saham Rp276 Miliar, BBRI dan MEDC Jadi Korban Utama
Di dalam negeri, kondisi ini mengancam terjadinya kenaikan harga BBM dan LPG, serta membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) karena meningkatnya kebutuhan subsidi energi.
Analis energi dari Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA), Putra Adhiguna, memperingatkan bahwa risiko lonjakan subsidi semakin tinggi dan mendorong pemerintah untuk segera mempercepat transisi menuju elektrifikasi kendaraan dan rumah tangga.
“Biaya subsidi yang membengkak bisa menjadi beban besar, baik bagi masyarakat maupun APBN. Elektrifikasi adalah jalan keluar jangka panjang yang lebih berkelanjutan,” ujarnya.
Baca Juga: Telkom Canangkan Program 100 Hari, Perkuat Ekosistem Digital Nasional dan Daya Saing Global
Ia juga menekankan pentingnya peningkatan cadangan energi nasional agar Indonesia tidak selalu rentan terhadap fluktuasi harga minyak global.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), total impor migas Indonesia sepanjang 2024 mencapai USD36,27 miliar, naik dari USD35,83 miliar pada 2023. Dari angka tersebut, impor produk minyak BBM mencapai USD25,92 miliar, meningkat dari USD24,68 miliar tahun sebelumnya.
Artikel Terkait
Shell Tinggalkan Bisnis BBM di Indonesia, SPBU Dijual ke Perusahaan Patungan
Harga BBM Pertamina per 1 Juni 2025 Turun, Ini Daftar Lengkapnya
Perbandingan Harga BBM Pertamina, Vivo, Shell, Siapa Termurah?
Cara Menggunakan MyPertamina untuk Pembelian BBM Non Tunai, Solusi Aman dan Praktis
KADIN DKI Peringatkan Dampak Serangan Israel ke Iran: Harga BBM Naik, Ekonomi Nasional Tertekan