• Senin, 22 Desember 2025

Puncak Haji, Jemaah Waspadai Cuaca Ekstrem Hingga 50 Derajat dan Batasi Aktivitas Ibadah Sunah

Photo Author
- Selasa, 3 Juni 2025 | 09:12 WIB
Puncak Ibadah Haji 2025, Wukuf di Arafah (foto: net)
Puncak Ibadah Haji 2025, Wukuf di Arafah (foto: net)

KONTEKS.CO.ID - Menteri Agama Nasaruddin Umar mengimbau seluruh jemaah haji Indonesia untuk menjaga kesehatan dan mematuhi aturan yang ditetapkan Pemerintah Arab Saudi, terutama menjelang fase puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).

Imbauan ini disampaikan usai simposium bersama Menteri Haji dan Menteri Kesehatan Arab Saudi di Jeddah.

Menag menyampaikan kekhawatiran terhadap kondisi cuaca ekstrem di Tanah Suci yang dapat mencapai suhu hingga 50 derajat celsius.

Karena itu, ia mengimbau jemaah untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan, khususnya pada siang hari.

“Bahkan untuk salat Jumat, jemaah dianjurkan melaksanakannya di sekitar hotel masing-masing,” ujar Menag.

Ia juga menekankan larangan bagi jemaah untuk berkegiatan di luar tenda saat berada di Arafah, termasuk kunjungan ke Jabal Rahmah, demi menjaga kondisi fisik jelang puncak ibadah.

Pihak Kepolisian Arab Saudi, kata Menag, telah siap menertibkan mobilitas jemaah demi alasan kesehatan.

Selain itu, Menag mengingatkan agar jemaah tidak memaksakan diri menjalankan ibadah sunah berlebihan seperti umrah berkali-kali, karena justru bisa berisiko terhadap keselamatan jemaah.

Dokter Indonesia Diperbolehkan Kembali Layani di Klinik Haji

Dalam simposium bersama Menteri Kesehatan Arab Saudi, Pemerintah Saudi menyampaikan keprihatinan atas tingginya angka jemaah wafat, terutama dari Indonesia.

Pihak Saudi juga mempertanyakan sistem seleksi kesehatan jemaah dan kesiapan tenaga medis dari Indonesia.

Menag menjelaskan bahwa sebelumnya dokter-dokter Indonesia dibatasi dalam memberikan layanan medis, terutama di tenda atau klinik mandiri.

Namun setelah dialog bersama Kepala BPOM sekaligus anggota Amirul Hajj, Taruna Ikrar, serta penjelasan yang disampaikan kepada pihak Saudi, aturan tersebut akhirnya dilonggarkan.

“Menteri Kesehatan Saudi menyetujui agar dokter-dokter Indonesia kembali dapat melayani jemaah di klinik-klinik haji. Ini penting karena banyak jemaah lebih nyaman berobat di klinik Indonesia, terutama karena kendala bahasa,” ujar Nasaruddin.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Eko Priliawito

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X