• Senin, 22 Desember 2025

Perjalanan Thudong, dari Thailand ke Borobudur Menyambut Waisak

Photo Author
- Sabtu, 10 Mei 2025 | 17:00 WIB
Pelepasan keberangkatan para Bhante Thudong asal Thailand yang akan berjalan dari Kantor Kemenag menuju Candi Borobudur. (Ditjen Bimas Buddha)
Pelepasan keberangkatan para Bhante Thudong asal Thailand yang akan berjalan dari Kantor Kemenag menuju Candi Borobudur. (Ditjen Bimas Buddha)

KONTEKS.CO.ID - Menjelang peringatan Hari Raya Waisak yang jatuh pada Senin, 12 Mei 2025, para biksu dari Thailand melakukan perjalanan panjang dengan berjalan kaki menuju Candi Borobudur.

Tradisi ini diawali dengan prosesi pengambilan lentera air dan penulisan harapan.

Hal ini sebagaimana diwartakan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha, Kementerian Agama.

Setiap tahun, perjalanan Thudong ini menarik perhatian publik.

Pada Waisak 2024 lalu, ritual ini sempat menjadi sorotan luas di media sosial dan menuai respons antusias dari masyarakat Indonesia.

Banyak warganet penasaran dengan makna di balik ritual ini.

Lalu, apa sebenarnya perjalanan Thudong?

Thudong merupakan tradisi spiritual dalam bentuk perjalanan kaki yang dilakukan para bhikkhu.

Tradisi ini bukan hanya simbol ketekunan, tetapi juga sarana latihan spiritual dan disiplin diri.

Thudong berakar dari masa Sang Buddha, ketika belum ada wihara permanen.

Para bhikkhu kala itu hidup berpindah-pindah dari satu hutan ke hutan lainnya untuk menyampaikan ajaran dhamma.

Mereka melakukan perjalanan panjang dengan berjalan kaki, sembari bermeditasi dan kadang juga menjalani puasa.

Biasanya, para bhikkhu menjalankan Thudong selama musim kering atau musim semi, setelah melalui masa retret musim hujan selama empat bulan.

Ritual ini juga menjadi bentuk latihan kesabaran dan ketahanan diri.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ari DP

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X