kabar-baik

Suku Dayak Hebat, Apai Janggut Raih Gulbenkian Prize for Humanity dari Angela Merkel

Minggu, 23 Juli 2023 | 16:45 WIB
Apai Janggut, “tuai rumah panjang

KONTEKS.CO.ID - Orang Dayak hebat. Apai Janggut, “tuai rumah panjang" (Ketua Masyarakat Adat) Dayak Iban Sungai Utik, Indonesia, dianugerahi Gulbenkian Prize for Humanity ke-4 dari Yayasan Calouste Gulbenkian di Lisabon

Penghargaan kepada Apai Janggut diberikan karena jasa-jasanya dalam melindungi hutan dan restorasi hutan.

Penghargaan yang diberikan pada Rabu 19 Juli 2023 itu adalah apreasiasi Yayasan Calouste Gulbenkian atas aksi lokal dan gerakan berbasis masyarakat, yang mendukung perlindungan hutan dan restorasi ekosistem.

Baca Juga: Film Pangku Karya Reza Rahadian Goes to Cannes, Menang HAF Goes to Cannes Program

Selain Apai Janggut, penghargaan juga diberikan kepada dua penerima lainnya dari Kamerun dan Brasil.

Penghargaan Gulbenkian Prize for Humanity ke-4 diberikan oleh António Feijó, Presiden Yayasan Gulbenkian dan Angela Merkel, Ketua Juri Gulbenkian Prize for Humanity, dalam acara yang dihadiri oleh Presiden Portugal Marcelo Rebelo de Sousa dan PM Portugal Antonio Costa.

Ketiga pemenang tahun ini ditetapkan oleh para juri yang diketuai oleh Angela Merkel, mantan Kanselir Jerman. Para pemenang terpilih adalah Apai Janggut, “tuai rumah panjang" Masyarakat Adat Dayak Iban Sungai Utik; Cécile Bibiane Ndjebet, campaigner dan agronomist dari Kamerun; dan Lélia Wanick Salgado, environmentalist, designer dan scenographer dari Brasil.

Baca Juga: Siswa SD di Kota Malang Juara 1 di Jepang, Sisihkan 115 Sekolah Berkelas Internasional

“Penghargaan ini diberikan sebagai apresiasi bagi mereka yang menunjukkan komitmen luar biasa terhadap aksi lokal dan gerakan berbasis masyarakat, yang mendukung perlindungan hutan dan restorasi ekosistem," kata Duta Besar RI untuk Portugal, Rudy Alfonso di laman Kemenlu, Minggu 23 Juli 2023.

"Hutan adalah sumber hidup kami, yang sudah diturunkan oleh leluhur kami sejak dulu. Menjaga hutan adalah bagian dari budaya kami," kata Apai Janggut.

Karena, lanjtut dia, di dalam hutan tersebut terdapat ladang, tanaman obat, sungai, kuburan keramat leluhur kakek nenek warga Dayak yang sudah meninggal yang harus dijaga. "Kami bangga, aksi kami ternyata bermanfaat bagi dunia," imbuhnya.

Baca Juga: Raih Best Position Paper di Kompetisi PBB, Aletha Herdiman Singkirkan Peserta dari Eropa

Dapat Hadiah, Ini Rencana Apai Janggut

Para pemenang akan menerima hadiah yang ditujukan untuk mendukung dan melanjutkan kegiatan yang sudah dilakukan. Tujuannya, agar dapat meningkatkan aksi kerja mereka bagi restorasi ekosistem dan upaya mengatasi isu perubahan iklim, baik di tingkat tapak, nasional maupun global.

"Hadiah ini sangat berguna bagi kami, akan kami gunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menyiapkan mereka dalam menghadapi tantangan ke depan, untuk peningkatan kapasitas generasi muda kami, dan menyiapkan pendidikan yang lebih baik," timpal Remang, Kepala Desa Batu Lintang, masyarakat Sungai Utik, yang ikut mendampingi Apai Janggut saat menerima penghargaan.

Baca Juga: Catat Sejarah Lulus dari RMAS, Prabowo Hadiri Kelulusan Dua Taruna Indonesia

"Selain itu juga untuk mengembangkan alternatif pendapatan jangka panjang seperti ekowisata dan PES (Payment Ecosystem Services)", imbuh Remang, Kepala Desa Batu Lintang, masyarakat Sungai Utik, yang turut mendampingi Apai Janggut.

Penghargaan ini membuktikan bahwa hutan dapat memberikan manfaat lebih ketika hidup, ketimbang ditebang.

Aksi lokal Masyarakat Adat Sungai Utik dalam aksi mitigasi perubahan iklim memberikan manfaat tidak saja bagi masyarakat itu sendiri, tapi juga bagi negara dan dunia.

Baca Juga: Barijani Mahesa Putra: Mahasiswa UI Berprestasi Akademik dan Olahraga

Masyarakat Adat Dayak Iban Sungai Utik sebelumnya telah mendapatkan penghargaan nasional Kalpataru dari pemerintah Indonesia, dan UNDP Equator prize pada tahun 2019, atas upaya mereka mempertahankan hutannya dari penebangan liar, perambahan dan konversi lahan oleh perusahaan.

Dalam penganugerahan Gulbenkian Prize for Humanity ke-4 di Lisabon ini, Apai Janggut turut didampingi oleh Raymundus Remang, selaku Kepala Desa Sungai Utik, Joni Manehat dari Komunitas Sungai Utik, dan Yani Saloh, Friends of Sungai Utik. ***

Tags

Terkini