kabar-baik

Singkirkan 172 Tim dari Banyak Negara, Tim Baraga ITS Juara NTU Bridge Design Competition 2025

Sabtu, 10 Mei 2025 | 21:40 WIB
Tim Baraga ITS menguji beban Jembatan Citta Logawa pada Bridge Design Competition 2025. (ITS)

KONTEKS.CO.ID - Tim Baraga Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil mengharumkan nama Indonesia di Taiwan.

Mereka sukses merebut gelar juara ketiga Nanyang Technological University (NTU) Bridge Design Competition 2025 yang digelar pada bulan April kemarin.

Tim yang digawangi mahasiswa ITS itu berhasil mengungguli 172 tim dari berbagai negara. Tim Baraga bisa menghadirkan inovasi jembatan ringan, tapi berkekuatan tinggi dan beremisi karbon rendah.

Baca Juga: Senator Eka Kristina Yeimo Kritik Ketimpangan Dana Bagi Hasil, Minta Papua Diperlakukan Adil

Ketua Tim Baraga, Virendra Zalfa Musyaffa, mengatakan, pada kompetisi tersebut peserta ditantang membangun jembatan yang ringan, kokoh, serta rendah emisi karbon.

Tantangan itu mendorong mereka membangun Jembatan Citta Logawa. Jembatan yang menggabungkan aspek teknik sipil, efisiensi material, dan prinsip keberlanjutan.

Rendra, sapaan akrabnya menjelaskan, pada tahap penyisihan Tim Baraga harus merancang jembatan menggunakan perangkat lunak Bridge Designer dalam waktu 24 jam. 

Baca Juga: Makanan Ini Bisa Bikin Umur Pendek? Cek Dulu Daftarnya, Biar Nggak Nyesel di Kemudian Hari!

Sementara aspek yang juri nilai meliputi kekuatan struktur, efisiensi material, emisi karbon, serta estimasi biaya.

Keunggulan Jembatan Citta Logawa ITS

Kemudian pada tahap final, anak muda Indonesia itu diwajibkan merakit jembatan sepanjang 30 sentimeter dari desain yang sudah dibuat. Kemudian menggelar pengujian beban untuk menilai kekuatan jembatan.

Inovasi jembatan Citta Logawa terletak pada efektivitas distribusi beban terpusat yang menjadi tantangan utama dalam desain struktur. 

Baca Juga: Preview Lazio Vs Juventus: Duel Sengit Berebut Tiket Liga Champions di Pekan ke-36 Serie A

Tim Baraga kemudian memanfaatkan konfigurasi Warren connection yang sudah terbukti terefisien dari lebih 50 desain yang dianalisis menggunakan perangkat lunak SAP2000.

“Penggunaan material material kayu balsa dan base wood juga mempunyai keunggulan guna menekan emisi karbon,” sebut Rendra.

Dalam mengoptimalkan aliran gaya, elemen rangka ditempatkan mendekati titik beban agar gaya langsung tersalurkan ke batang diagonal di sekitarnya, mengurangi momen pada gelagar memanjang serta mendongkrak kestabilan struktur. 

Baca Juga: Pemerintah Serius Tindak Premanisme Berkedok Ormas, Kejaksaan Siap Jalankan Arahan Presiden Prabowo

Menurut mahasiswa Departemen Teknik Sipil Strategi ini, hal itu tak cuma menghasilkan struktur yang tangguh. Namun juga mendorong Citta Logawa menjadi jembatan paling ringan kedua dalam kompetisi dengan bobot hanya 13 gram.

Melalui bimbingan Dwi Prasetya, tim melewati sejumlah tahapan seleksi ketat. Jembatan Citta Logawa milik Tim Baraga dianggap sebagai salah satu jembatan paling efisien.

Desainnya mempunyai kombinasi bobot paling ringan dan mampu menahan beban terbesar. “Kami sangat bersyukur bisa membawa nama ITS di kancah internasional,” tuturnya.

Baca Juga: Cair Juni 2025! Gaji ke-13 PNS dan ASN Resmi Diumumkan, Ini Rincian Lengkapnya

Berkolaborasi bersama kedua rekannya, Moch Choirul Akbar Majid dan Yoga Prasetya Effendi, dia berharap kesuksesan ini juga mencerminkan komitmen Tim Baraga terhadap SDGs poin ke-9 yang mengedepankan industri, inovasi, dan infrastruktur.

Keikutsertaan mereka pada kompetisi khusus tersebut tidak hanya menambah prestasi. Namun ikut pula berkontribusi dalam memajukan prinsip keberlanjutan di bidang teknik sipil. ***

Tags

Terkini