KONTEKS.CO.ID - Film animasi lokal terbaru, Merah Putih: One for All, awalnya digadang-gadang jadi tontonan spesial untuk memeriahkan HUT ke-80 RI.
Tapi bukannya menuai pujian, film ini justru dibanjiri kritik tajam warganet, bahkan sebelum resmi tayang.
Pemicu utamanya adalah trailer resmi yang dirilis. Alih-alih memukau, visualnya malah memancing komentar pedas.
Baca Juga: Spesifikasi dan Harga Huawei Pura 80 Ultra, Kamera Revolusioner dengan Kelemahan Mendasar
Banyak yang menilai kualitas grafisnya setara dengan game era PlayStation 2 atau animasi televisi awal 2000-an.
Gerakan karakter kaku, minim ekspresi, dan terasa tidak natural.
Kritik Visual dan Eksekusi Produksi
Poster dan potongan gambar film ini juga tak luput dari bahan perbandingan.
Baca Juga: Sindiran Prabowo ke Pengusaha: Tak Baik Hidup Makmur tapi Banyak Orang Susah!
Warganet menganggap desain karakter dan latarnya minim detail, bahkan terkesan menggunakan aset 3D bawaan dari toko online, bukan hasil kreasi orisinal.
Masalahnya makin besar ketika informasi anggaran film ini terungkap. Biayanya disebut mencapai Rp6,7 miliar–6,8 miliar.
Angka ini langsung memicu tanda tanya, ke mana larinya dana sebesar itu kalau hasilnya dinilai jauh dari standar industri animasi modern?
Narasi Klise, Momentum Lebih Penting dari Kualitas?
Dari sisi cerita, Merah Putih: One for All mengangkat kisah anak-anak dari berbagai suku yang bersatu menyelamatkan bendera nasional.
Ide ini memang punya pesan persatuan yang kuat, tapi publik menilai eksekusinya terlalu klise dan datar.
Artikel Terkait
5 Anime Seru di Netflix yang Wajib Ditonton Akhir Pekan, Bukan Cuma One Piece!
Umi Tatu, Ibunda Uje Diperiksa Polisi soal Dugaan Penipuan Umrah, Pastikan Umi Pipik Tak Terlibat
Netflix Rilis Cuplikan Perdana One Piece Season 2, Umumkan Lanjut ke Season 3
Dahsyatnya Tinju El Rumi, Sekali Pukul Bahu Jefri Nichol Langsung Dislokasi
Kontroversi Duel Tinju Jefri Nichol Vs El Rumi, Kalah TKO 38 Detik: Duel Panas Berakhir Antiklimaks