Kemudian juga ditetapkan Barantin sebagai fasilitas ekspor sebelum direkomendasikan ke GACC.
Baca Juga: Jembatan Bailey Penghubung Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan Sudah Dapat Digunakan
Data Barantin melalui sistem BEST TRUST mencatat Indonesia mengekspor 10.162 ton produk durian sepanjang Januari hingga November 2025.
Tujuan utama ekspor antara lain Thailand, China, Malaysia, Hong Kong, dan Jerman, serta sejumlah negara lain seperti Jepang, Taiwan, Arab Saudi, Amerika Serikat, dan kawasan Eropa.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Perkebunan Durian Indonesia (Apdurin), Aditya Pradewo, menyambut baik dibukanya ekspor langsung ke China.
Ia memperkirakan nilai pasar durian di China mencapai sekitar USD8 miliar atau setara Rp128 triliun per tahun.
“Dengan varietas unggulan seperti Bawor, Super Tembaga, dan Namlung, Indonesia optimistis bisa menguasai 5 hingga 10 persen pasar China,” ujar Aditya.
Ia menilai potensi devisa yang dihasilkan bisa mencapai Rp6,4 triliun hingga Rp12,8 triliun per tahun.
Baca Juga: Satgas PKH Telah Petakan Perbuatan Pidana 31 Perusahaan Perusak Hutan Picu Bencana di Sumatera
Pemilik PT Zarafa Ridho Lestari, Muchlido Apriliast, menambahkan bahwa jalur ekspor langsung turut memangkas biaya logistik.
Sebelumnya, pengiriman melalui Thailand menelan biaya sekitar USD18 ribu per kontainer, sementara kini biaya pengiriman langsung berkisar USD10 ribu hingga USD11 ribu.
Sahat pun mengapresiasi kolaborasi antara petani, pelaku usaha, pemerintah daerah, dan lembaga negara yang memungkinkan ekspor ini terwujud.
Baca Juga: Jembatan Bailey Penghubung Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan Sudah Dapat Digunakan
“Kami harus terus menjaga kolaborasi dan harmonisasi agar nilai ekonomi meningkat dan kesejahteraan petani durian Indonesia semakin baik,” ujarnya.***